Petualangan di Bali Hari Kedelapan

Postingan kali ini masih satu rangkaian dengan postingan sebelumnya yang berisi petualangan di Bali bulan Oktober lalu. Meski sudah hampir satu berlalu, tapi ceritanya belum tuntas buat ditulis. Banyaknya sponsor yang lewat dan aktivitas lain bikin postingan ini jadi terbengkalai. Petualangan di Bali hari kedelapan tidak begitu menguras tenaga. Malah lebih banyak nyantai dan penuh kekeluargaan.

Setelah 5 hari ikut kegiatan Green Edukator Course yang mengesankan di Green School, saya bersama 3 orang lainnya kembali ke Markas Green Books di Pondok Gede Canggu. Setelah 5 hari hidup di hutan, melihat jalan raya yang banyak orang dan kendaraan itu sesuatu yang wooww banget, seperti melihat sebuah peradaban ????. Baca : Petualangan di Bali Hari Ketujuh

Di Eco-Lodge markas Green Books sudah ada Mr. Petr yang menunggu dan menyambut kami. Hari Jumat malam tanggal 20 Oktober 2017 hingga Minggu pagi (22 Oktober) jadwal petualangan di Bali adalah bersama Green Books. Karena hari sudah malam dan perut juga sudah keroncongan, mencari makan malam di luar adalah alternatif yang dipilih oleh semuanya.

Mbak Qisthi salah satu teman dari Gresik lagi pengen soto, jadi tempat makan yang dituju adalah rumah makan kecil yang menjual soto. Kebetulan tempatnya tidak begitu jauh dari Eco-Lodge (markas Green Books tempat kami menginap). Kami berlima yakni saya, Mbak Qisthi, Mbak Wiwik, Mbak Leni dan Mr. Petr bersama-sama naik motor menuju tempat makan tersebut.

Berdasarkan informasi yang saya dengar dan saya baca, mencari makanan yang halal di Bali itu susah. Tapi alhamdulillah, kami malam itu gampang mendapatkannya. Tak jauh dari toko yang jual jam tangan original, ada sebuah warung makan yang menjual soto, bakso, cap jay dan lain-lain. Disinilah kami semua makan malam. Penjualnya kebetulan dari Surabaya sehingga nyaman dan nyambung diajak ngobrol. Harga yang ditawarkan juga relatif murah, tidak mahal-mahal amat seperti yang diceritakan banyak orang. Rasa masakannya juga nikmat, hampir sama dengan masakan di Jawa.

Di Sabtu pagi keesokan harinya, kami semua tidak perlu mencari atau membeli makanan di luar karena kami semua kerja sama memasak sendiri di Eco-Lodge. Mr. Petr sang tuan rumah belanja ke pasar bersama Mbak Leni. Sementara saya, bersama Mbak Qisthi dan Mbak Wiwik memasak di dapur. Meskipun kami tamu, tapi tuan rumah membebaskan kami untuk berkreasi dan memasak sendiri. Lumayanlah bisa merasakan masakan rumahan.

Setelah selesai masak dan sarapan, kegiatan selanjutnya adalah diskusi bersama mengenai kegiatan-kegiatan Eco-library dan Eco-Activity yang sudah dilakukan selama ini. Rancangan-rancangan kegiatan Eco-Activity ke depan juga dibahas dan dikerjakan saat diskusi ini. Diskusi dilakukan di kantor Green Books yang berada di lantai 2 Eco-Lodge. Meski badan masih teramat lelah dan mata terasa berat, namun saya tetap berusaha untuk mengikuti jalannya diskusi.

Pada kesempatan tersebut, berbagai kendala dan kesulitan dalam penerapan Eco-Actifity kami ungkapkan. Ternyata kami bertiga yang terpilih ikut Green Edukator Course di Bali ini memiliki banyak kesamaan. Disamping sama-sama dari Jawa Timur, kami bertiga sama-sama mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi Green Guru paling aktif dan ingin diundang ke Bali gratis. (Baca : Dari Green Books ke Green School). Dalam penerapan Eco-Activity, kami juga sama-sama kesulitan dalam penerapan Eco-Activity kategori ekosistem.

Bali Hari Kedelapan
Diskusi bersama di Kantor Green Books

Sedari pukul 9 pagi sampai pukul 4 sore kami berada di Kantor Green Books. Kegiatan Eco-Activity yang akan datang juga menjadi pembahasan dan perbincangan yang seru saat itu. Rancangan baku Eco-Activity yang akan datang diubah susunan kata-katanya supaya lebih mudah dimengerti dan disesuaikan dengan klasifikasi umur. Harapannya supaya nanti lebih banyak yang melakukan Eco-Activity tersebut dan para Green Guru lain tidak kebingungan dalam melakukannya.

Pukul 4 sore, diskusi dan pembahasan Eco-Activity disudahi. Selanjutnya kami bersiap-siap untuk berwisata dan menikmati salah satu destinasi wisata terkenal di Bali yakni Tanah Lot. Dengan menggunakan motor, kami berempat mengunjungi Tanah Lot di Tabanan Bali. Waktu itu sudah agak sore dan memang tujuan utamanya adalah berburu sunset di Tanah Lot yang terkenal dengan keindahannya.

Harga tiket masuk Tanah Lot Bali saat saya datang (tanggal 21 Oktober 2017) adalah Rp 20 ribu rupiah untuk wisatawan lokal, dan 60 ribu rupiah untuk wisatawan asing. Rombongan saya berjumlah 5 orang yang terdiri dari 4 wisatawan lokal (saya, Mbak Qisthi, Mbak Wiwik dan Mbak Leni) dan 1 wisatawan asing (Mr.Petr) maka total yang harus dibayar adalah 140 ribu.

Penataan pintu masuk Tanah Lot sepertinya memang didesain untuk memajukan perekonomian masyarakat Bali, hal itu bisa dilihat dari banyaknya toko souvenir disana. Memasuki kawasan wisata Tanah Lot, berjajar toko-toko souvenir yang menyambut kedatangan wisatawan di depan pintu masuk Tanah Lot. Sebelum wisatawan masuk ke areal Pura, wisatawan harus berkeliling dulu melewati aneka tempat penjualan souvenir, baju, oleh-oleh, dan tempat belanja tersebut.

Karena ingin membeli oleh-oleh untuk anak-anak dan orang rumah, saya mampir ke beberapa toko yang ada disana. Harga yang ditawarkan ternyata bervariasi, kita harus pintar-pintar untuk menawar harganya agar bisa mendapatkan banyak barang dengan harga murah. Banyaknya pilihan barang membuat saya sedikit bingung dan sedikit lama untuk memilihnya. Berhubung Mr.Petr ingin segera melihat sunset, acara belanja ditunda dulu. Belanja oleh-olehnya nanti saat pulang saja.

Melewati pusat oleh-oleh Tanah Lot, bangunan Pura yang tersohor di Tanah Lot Bali tampak terlihat cantik dari kejauhan. Walaupun sudah sore, sinar matahari masih cukup terik. Saya sendiri tidak membawa topi sehingga panasnya begitu terasa. Pemandangan laut di sekitar Tanah Lot memang benar-benar menawan, pantas saja banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke tempat ini.

Mr. Petr lebih mengetahui mana spot spot yang menarik di areal Tanah Lot. Sebelum menikmati sunset yang sebenarnya, Mr. Petr mengajak kami untuk berkeliling dahulu di area Tanah Lot. Ada berbagai tempat yang eksotik di sekitar Tanah Lot. Jika biasanya wisatawan asing yang membutuhkan guide masyarakat lokal untuk berkeliling dan menjelajahi tempat-tempat wisata di Bali, kami justru sebaliknya. Wisatawan asing yang memandu wisatawan lokal.

Areal wisata Tanah Lot ternyata sangat luas sekali. Butuh waktu yang lama untuk menjelajahi sudut-sudutnya. Tak seberapa jauh dari Pura Tanah Lot terdapat sebuah spot menarik lain bernama Pura Batu Bolong. Pemandangannya tak kalah menarik dengan tempat lainnya. Deburan ombak pantainya merdu dan pemandangan lautnya membuai mata. Bikin betah memandangnya. Sayangnya, sinar matahari masih terasa panas sehingga tidak bisa berlama lama memandangnya.

Dari areal Pura Batu Bolong, Mr Petr mengajak untuk turun ke pantai Dekat Pura Tanah Lot. Tempat yang dipilihnya untuk melihat Sunset adalah dibawah tebing. Menunggu sunset di Tanah Lot merupakan momen berkesan saat berada di Bali. Pengalaman tersebut tak akan terlupakan. Ada banyak sekali turis dari mancanegara lain yang juga ingin menikmati sunset di Tanah Lot. Sambil menunggu Sunset, Kita dapat bermain-main dengan air laut dan menikmati deru ombak yang tidak terlalu besar disini. Suasana dan pemandangan lautnya berbeda dengan tempat yang sebelumnya saya datangi di Petualangan Bali Hari Kedua.

Saya sendiri tidak fokus melihat momen saat matahari tenggelam tersebut, tapi malah sibuk melihat ke orang-orang yang lalu lalang disekitar pantai Tanah Lot. Mereka berasal dari berbagai negara dengan berbagai perbedaannya, datang kesini hanya untuk melihat sang matahari. Ada banyak sekali yang berfoto mengabadikan momen-moment ini. Termasuk saya tentunya. Alhamdulillah………. Hp saya disini sudah tidak ngeblank lagi.

Setelah matahari tenggelam di ufuk barat, berangsur-angsur keadaan pantai mulai sepi. Semua orang meninggalkan pantai untuk menuju ke daratan dan kembali pulang. Begitu juga dengan saya dan rombongan kecil saya. Kami juga mengikuti arus pulang. Karena saat berangkat tadi belum sempat membeli oleh-oleh, maka saat pulang tersebut saya ingin mampir ke toko penjual souvenir.

Hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya terjadi saat membeli oleh-oleh pada perjalanan pulang ini. Ternyata barang yang ingin dibeli harganya sudah 3 kali lipat dari harga sebelumnya. Saat berangkat tadi, saya sudah menanyakan harga beberapa barang yang dijual. Tadi tidak langsung dibeli karena berfikir bisa membeli nanti saat pulang. Pertimbangannya biar tidak terlalu membebani tas dan terlalu lama memilih barang. Ternyata eh ternyata, itu keputusan yang keliru. Barang yang tadinya seharga 5 sampai 8 ribu rupiah, sekarang menjadi 20 ribu rupiah. Padahal itu dalam toko yang sama.

Mahalnya harga barang-barang incaran yang ingin dijadikan oleh-oleh tersebut membuat saya tidak jadi membeli satupun barang. Saat itu saya langsung teringat dengan ecomerce Tokopedia situs jual beli online terbaik yang memberikan banyak pilihan barang sebagai oleh-oleh. Berbagai jenis oleh-oleh khas Bali juga dijual disana. Harga yang ditawarkan sangat bersaing serta pasti tidak berubah ubah. Dengan membeli online, saya juga tidak perlu menambah barang bawaan saya, nanti barangnya bisa dikirim langsung kerumah dan saya tinggal membagikannya. Tak penting beli dimana, yang penting barangnya sudah ada tulisan Balinya.

Perjalanan pulang dari Tanah Lot menuju Penginapan Eco-Lodge lumayan lama. Kemacetan teramat panjang. Meski kami memakai motor, namun kepadatan jalan membuat kami tidak bisa melaju kencang. Kebanyakan kendaraan melaju satu arah. Mungkin mereka ini adalah para pelancong / wisatawan yang pulang dari Tanah Lot menuju Denpasar atau tempat penginapan masing-masing. Sama seperti kami.

Sekitar pukul 19.30 WITA kami baru sampai di penginapan Eco-Lodge. Sampainya kami di Eco-Lodge tersebut mengakhiri petualangan di Bali hari Kedelapan ini. Setiap langkah perjalanan saya di Bali meninggalkan jejak kenangan-kenangan tersendiri. Ada banyak pengalaman dan pengetahuan baru didalamnya. Tak terkecuali saat hari kedelapan ini. Semoga pembaca tidak capek membacanya dan bisa mengambil manfaat didalamnya.

Munasya

Blogger, Writer and Teacher Contact Person : email : sy4r0h@gmail.com Twitter : @Munasyaroh_fadh IG. : @Muns_Fadh

5 komentar di “Petualangan di Bali Hari Kedelapan

  1. Asyiknya yang jalan-jalan ke Bali.
    Beberapa typo di awal agak mengganggu, tapi secara keseluruhan ceritanya enak dibaca.

Tinggalkan Balasan ke Yoseph Samodra Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!