Konsep Teori Persepsi Sosial

Berikut ini akan dijabarkan berbagai konsep teori persepsi sosial yang disaring dan diambil dari berbagi sumber buku. Silahkan dibaca dan pelajari untuk menambah khasanah pengetahuan.

Jalaludin Rakhmat (2001:51) berpendapat bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpan informasi dan manafsirkan pesan.

Davidoff (1998:233) mengatakan bahwa dengan persepsi individu dapat menyadari, mengerti tentang keadaan lingkungan di sekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi merupakan pandangan atau tanggapan seseorang terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang diterimanya sehari-hari.

Teori Persepsi Sosial menurut Walgito (2003:53) merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Proses ini diteruskan ke pusat susunan saraf atau otak dan terjadilah proses psikologi, sehingga individu menyadari apa yang mereka lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan (Poerwodarminto, 2006 : 251).

Menurut Hasudungan (2008 : 21) persepsi merupakan langkah pertama dalam seluruh proses adaptasi. Tanpa persepsi tidak mungkin ada proses belajar dan tidak ada pemecahan masalah. Bila kita tidak dapat mengamati lingkungan kita sendiri maka usaha kita untuk beradaptasi mungkin hanya merupakan faktor kebetulan saja, seperti seseorang yang tidak dapat merasakan dan menggunakan semua inderanya dan tidak mampu lagi membedakan siang malam atau panas dingin.

Berdasarkan berbagai teori diatas, Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Proses penginderaan dan persepsi tidak dapat dipisahkan karena individu mengalami persepsi dari proses penginderaan yang diterimanya, melalui stimulus alat inderanya dan alat indera ini menjadi penghubung antara individu dengan dunia luar.

Miftah Thoha (2002 :123) mengemukakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencataan yang benar terhadap situasi.

Secara singkat pendapat David Krech (Duncan dalam Thoha, 2002 : 124) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang sangat berbeda dari kenyataannya. Persepsi yang signifikan adalah jika diperluas diluar jangkauan lima indera dan merupakan unsur penting didalam penyesuaian perilaku manusia.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas, Luthans (Luthans dalam Thoha, 2002 :125) menyatakan bahwa proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada penginderaan data namun proses kognitif bisa menyaring, menyederhanakan dan mengubah secara sempurna data tersebut.
Jadi dari macam-macam pendapat yang memberikan pengertian terhadap persepsi, dapat diketahui bahwa persepsi adalah sebuah anggapan, penilaian, atau pandangan yang datang dari suatu keadaan yang menarik perhatian orang untuk memberikan partisipasi argumen baik secara langsung atau tidak langsung.

Agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi yaitu :

  1.  Adanya objek persepsi, yang berupa kejadian, peristiwa atau suatu wujud benda dsb yang diterima secara langsung oleh alat indera.
  2. Alat indera atau receptor, merupakan alat untuk menerima stimulus yang diteruskan ke syaraf otak sebagai suatu kesadaran dan untuk mengadakan respon.
  3. Perhatian, untuk menyadari dan atau mengadakan persepsi diperlukan sebuah perhatian (Walgito, 2003 : 54).

Baca juga : Persepsi tentang Ibu-Ibu berdaster

Menurut Thoha (2002 :123) ada beberapa sub proses yang terjadi dalam persepsi yang dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa persepsi itu merupakan hal yang kompleks dan intraktif. Sub proses yang pertama yang dianggap penting adalah stimulus atau situasi yang hadir dalam persepsi, diawali ketika seseorang diharapkan dengan keadaan atau situasi tertentu (stimulus).

Subproses yang kedua adalah registrasi dan iterpretasi. Dalam masa registrasi suatu gejala yang tampak adalah mekanisme fisik yang berupa pengindraan dan syarat seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi persepsi.
Sub proses terakhir adalah umpan balik (feed back).

Sub proses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Sebagai contoh, seorang melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya, seperti kedua alisnya naik keatas, bibirnya mengatup rapat, matanya tidak berkedip kemudian bergumam seperti mau ditelan sendiri. Feed back semacam ini membentuk persepsi tersendiri bagi karyawan dan bagi atasan hal tersebut barangkali heran bahwa bawahannya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan diam diam atasannya tersebut memujinya. Tetapi persepsi bagi karyawan bahwa dia telah melakukan kesalahan yang tidak membawa kepuasan bagi atasannya.

Persepsi orang tua sama halnya dengan pandangan atau tanggapan yang timbul dalam pikiran orang tua yang didasari karena keadaan lingkungan sekitar yang berkembang. Respon memberikan hasil atau mempunyai bagian positif dan negatif dalam obyek yang direspon.

Munasyaroh F.

Berasal dari Desa Pucangro Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Mempunyai kesukaan membaca dan menulis. Membuat orang lain di sekitar bahagia adalah salah satu tujuan hidupnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!