Setiap tanggal 27 Oktober, Indonesia merayakan Hari Blogger Nasional. Ini merupakan sebuah momen istimewa untuk mengenang perjalanan para penulis daring yang telah mengisi ruang digital dengan ide, opini, dan cerita pribadi. Bagi saya, menjadi blogger Indonesia bukan hanya soal menulis dan menekan tombol publish, melainkan perjalanan panjang penuh makna yang membentuk siapa saya hari ini.

Tahun 2016 menjadi titik awal ketika saya mulai serius menekuni dunia blogging. Saat itu, blog terasa seperti rumah baru tempat saya menata pikiran, menuliskan pengalaman, dan menumpahkan isi hati. Awalnya hanya hobi, tetapi kemudian menjadi bagian penting dari hidup saya selama lebih dari 10 tahun.
Menulis membuat saya merasa hidup. Blog memberi saya ruang untuk menjadi diri sendiri, tanpa batasan, tanpa harus memoles kata demi menyenangkan orang lain.
Dunia Blogging yang Ramai dan Penuh Warna
Pada masa-masa awal saya gabung, dunia blog Indonesia begitu ramai. Banyak komunitas aktif, lomba menulis diadakan hampir setiap minggu, dan kesempatan kerja sama dengan berbagai brand terbuka lebar.
Salah satu kerja sama paling diantaranya datang dari dlhserang.org. Website pemerintah ini mengajarkan saya betapa tulisan bisa berperan besar dalam menyebarkan edukasi tentang lingkungan hidup.
Lewat blog, saya bukan hanya menulis untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat. Blog menghubungkan saya dengan pembaca dari berbagai daerah, membuka wawasan baru, dan bahkan menghadirkan kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Blogging memberi saya teman-teman baru, lingkaran pertemanan yang saling mendukung, dan komunitas positif yang membuat semangat menulis tak pernah padam.
Blog Sebagai Terapi dan Cermin Diri
Bagi saya, blog adalah terapi. Ketika pikiran kusut atau hati gelisah, saya coret coret dan menulis. Setiap kata yang muncul di layar terasa seperti beban yang terangkat. Blog membantu saya menata emosi, mengurai keresahan, dan menemukan kembali ketenangan. Blog khusus curhatan saya taruh di sy4r0h.wordpress.com
Menulis di blog membuat saya memahami bahwa tidak semua tulisan harus dibaca banyak orang. Kadang, menulis cukup untuk diri sendiri. Cukup untuk mengingatkan bahwa saya masih ada, masih berproses, masih belajar.
Tantangan di Era Digital dan AI

Seiring waktu, dunia digital berubah cepat. Kini, banyak orang lebih memilih menonton video singkat di TikTok atau Instagram Reels dibanding membaca tulisan panjang di blog. Perubahan tren ini tentu memengaruhi kami, para Blogger. Trafik menurun, tawaran kerja sama berkurang, dan dunia blogging tak seramai dulu.
Selain itu, kecerdasan buatan (AI) mulai mengambil peran besar. Banyak brand kini menggunakan mesin untuk membuat artikel. Cepat dan efisien, tetapi kehilangan rasa dan sentuhan manusia. Meski demikian, saya percaya, tulisan manusia yang jujur dan tulus akan selalu memiliki tempatnya sendiri. Buktinya, hingga kini, beberapa instansi seperti DLH Serang masih mempercayakan blogger untuk menyampaikan pesan-pesan penting bagi masyarakat.
Antara Bertahan dan Menyerah
Pernahkah saya berpikir untuk berhenti? Tentu pernah. Namun setiap kali membuka blog lama, membaca ulang tulisan-tulisan saya, ada rasa hangat yang tak bisa dijelaskan. Blog adalah rumah yang saya bangun dengan hati, dan rumah itu tak mungkin saya tinggalkan.
Saya belajar banyak dari blogging, disiplin, konsistensi, keberanian untuk berbagi, dan manajemen waktu. Blog bukan hanya media, tapi identitas saya.

Saat ini saya mengelola beberapa blog pribadi, baik yang berbayar (TLD) maupun non-TLD. Masing-masing punya tema dan karakter sendiri, menjadi tempat saya bereksperimen dan bercerita.
Saya tahu, dunia akan terus berubah. Tapi selama saya masih mencintai kata, saya akan terus menulis. Karena bagi saya, menulis adalah napas, dan blog adalah rumah tempat napas itu berdiam.
Dunia boleh berganti arah, tren boleh berubah, teknologi boleh semakin canggih—namun semangat seorang blogger sejati tak akan pernah padam.
Hari Blogger Nasional bukan hanya tentang nostalgia, tetapi juga pengingat bahwa tulisan manusia masih berharga. Bagi saya, menulis adalah cara untuk tetap waras di dunia yang terus berubah. Dan dari Blog, rumah sederhana di dunia digital ini akan selalu menjadi tempat saya pulang.
