Membangkitkan Kegembiraan Anak Melalui Kampung Lali Gadget

Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari kita. Salah satu dampak yang paling mencolok adalah tren penggunaan gadget yang semakin merajalela, terutama di kalangan anak-anak. Di berbagai tempat, terlihat anak-anak yang menghabiskan waktu di depan layar gadget tanpa mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Bermain Game online

Kegembiraan anak-anak yang bermain bersama, berceloteh riang dan berlarian kesana kemari, sudah jarang ditemui. Digantikan dengan anak-anak yang diam di pojokan, sambil sesekali umpatan keras terdengar efek dari game yang dimainkan. Kurangnya interaksi sosial pada anak-anak berdampak negatif pada kemampuan mereka dalam memahami dan mengelola emosi.

Namun ternyata pemandangan tak biasa terlihat di sebuah sudut kampung. Tepatnya di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Alih-alih melihat anak-anak yang berkutat dengan gadget, di kampung ini sering kali terdengar harmoni riang tawa anak-anak bergema di berbagai penjuru. Anak-anak terlihat menikmati berbagai permainan tradisional yang di adakan di sana.

Ketika anak-anak di lain tempat, tenggelam dalam permainan daring atau video YouTube, para bocah yang ada dan datang di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo asyik terlibat dalam beragam aktivitas yang hampir punah. Mulai dari perlombaan bakiak dan lari daun hingga lempar sepatu kuda dan balap kreweng, kampung ini bergema dengan keceriaan dan kebersamaan. Beberapa anak yang lebih berani bahkan terjun dalam pelukan lumpur sawah yang becek.

Permainan tradisional bermain lumpur

Ada juga berbagai permainan tradisional yang asyik dan menyenangkan digelar disana. Diantaranya : egrang, Dolanan sarung, panahan dan masih banyak lagi yang lainnya. Semuanya bikin anak-anak benar-benar melupakan gadgetnya. Mereka jadi merasa gembira dan kecanduan permainan permainan lama ini.

Usut punya usut, kegembiraan anak-anak ini diinisiasi oleh Achmad Irfandi, seorang pemuda lokal berusia 30 tahun. Ia bersama rekannya, memulai proyek Kampung Lali Gadget pada tahun 2018 dan terus berlanjut hingga tahun 2023 sekarang ini.

Dilatar belakangi oleh tren mengkhawatirkan anak-anak yang terjerat daya tarik perangkat digital, Irfandi merasa terpanggil untuk menciptakan tempat perlindungan di mana pesona bermain tradisional bisa berkembang kembali.

Dari kekhawatiran itu, teman-teman dan saya memutuskan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru di desa kami. Kami menyediakan ruang bermain, aktif berpartisipasi dengan anak-anak, dan menjadi katalisator bagi keterlibatan mereka. Inilah lahirnya Kampung Lali Gadget.” begitu Kata Irfandi.

Penting untuk dicatat bahwa Irfandi tidak mengajukan larangan mutlak terhadapAchmad Irfandi Kampung Lali Gadget gadget atau aktivitas daring. Ia mengakui peran mereka dalam masyarakat modern sebagai kemajuan teknologi yang bila digunakan dengan bijak, dapat memperkaya kehidupan. Namun, ia menegaskan pentingnya menetapkan batasan, terutama bagi anak-anak pada tahun-tahun tumbuh kembang mereka.

Salah satu inovasi nan istimewa dari Kampung Lali Gadget adalah area bermain lumpur yang unik, di mana anak-anak dengan riang melompat ke dalam dekapan tanah berlumpur tanpa rasa takut akan teguran orang tua. Tertawanya semakin keras saat seorang petualang muda tergelincir dalam lumpur, menghiasi tubuhnya dari kepala hingga kaki, dan memicu gelak tawa yang lain dari segala penjuru. Disamping itu ad banyak permainan yang mengasyikkan lainnya.

Dalam pemikirannya, Irfandi menawarkan perspektif alternatif tentang penggunaan teknologi. Di Kampung Lali Gadget, permainan tradisional berfungsi sebagai keseimbangan yang harmonis terhadap daya tarik gadget modern. Konsekuensi merugikan dari kecanduan gadget tidak luput dari perhatiannya. Ia menyoroti bagaimana paparan layar berlebih merusak kesadaran budaya, menghambat pertumbuhan holistik, dan mempercepat laju kedewasaan anak-anak.

Ini adalah hasil yang tidak diinginkan. Bahkan telah ada laporan anak-anak memerlukan perawatan psikiatri karena kecanduan bermain game daring yang berlebihan. Ini adalah kekhawatiran bersama,” tegas Irfandi

Aneka Permainan Lali Gadget

Bagi Irfandi, yang Lulusan Sarjana Universitas Negeri Surabaya, Kampung Lali Gadget menjadi tempat perlindungan untuk menghidupkan kembali semangat kegembiraan masa kanak-kanak melalui permainan tradisional. Di sini, anak-anak tidak hanya bermain dengan sukacita, tetapi juga terhubung dengan budaya lokal yang kaya nilai-nilai mendalam.

Dalam pandangannya, pembelajaran tidak terbatas pada pendidikan formal. Interaksi dalam komunitas itu sendiri dapat menjadi arena pendidikan yang efektif, terutama untuk menumbuhkan karakter. Irfandi percaya bahwa karakter terbentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Sifat seperti kerja sama, ketahanan, dan toleransi ditanamkan melalui interaksi alami. Seperti dalam permainan tradisional, di mana kerja tim penting untuk kesuksesan, tidak ada anggota tim yang lebih unggul. Menjaga keseimbangan seperti ini memastikan koherensi dan harmoni.

Rutinitas melelahkan dari pekerjaan sekolah dan hafalan bisa membuat anak-anak merasa lelah dan tak terinspirasi. Oleh karena itu, Kampung Lali Gadget menawarkan tempat perlindungan di mana anak-anak dapat mengejar aktivitas sesuai dengan preferensi mereka, semua di bawah pengawasan sukarelawan.

Bagi saya, pendidikan bukan tentang hafalan atau bersaing untuk mendapatkan nilai terbaik. Belajar dari alam menawarkan jalan alternatif untuk memperoleh pengetahuan baru. Anak-anak bisa belajar langsung dari lingkungan mereka,” Ujar Irfandi

Di dunia yang didominasi oleh layar dan rangsangan digital, Kampung Lali Gadget muncul sebagai inisiatif yang menghangatkan hati, membangkitkan kembali semangat permainan tradisional, dan merawat generasi yang berkembang baik dalam dunia virtual maupun nyata. Saat tawa anak-anak bergema di tengah sawah padi, kampung ini menjadi bukti kekuatan abadi dari kesederhanaan dan kebahagiaan tak terkendali dari bermain dengan bebas.

Munasya

Blogger, Writer and Teacher Contact Person : email : sy4r0h@gmail.com Twitter : @Munasyaroh_fadh IG. : @Muns_Fadh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!