Berbuka puasa bersama teman saat Ramadhan seolah menjadi trend. Walaupun hal ini bukan kebutuhan hakiki, namun demi solidaritas dan rasa kesetiakawanan sosial, kadang mesti dilakukan. Meskipun saya sendiri lebih suka berbuka puasa di rumah bersama keluarga, namun saat ada undangan buka bersama, susah untuk menolaknya. Undangan buka bersama kali ini datangnya dari teman sesama PTPS.
Bulan April 2019 bisa disebut sebagai bulan politik. Di bulan tersebut ada perhelatan akbar pemilihan umum serentak yang dilakukan di seluruh penjuru Indonesia dan perwakilan KBRI luar negeri. Untuk menggelar agenda besar tersebut diperlukan ribuan petugas untuk mengurusinya. Mulai dari petugas KPU pusat hingga KPPS di tingkatan terendah. Kebetulan saya salah satu diantara petugas tersebut.
Posisi saya di pemilu kemarin adalah sebagai PTPS atau Pengawas Tempat Pemungutan Suara. Di tiap TPS terdapat 1 PTPS dan merupakan kepanjangan tangan dari BAWASLU (Badan Pengawas Pemilu). Di Desa saya ada 10 TPS, jadi jumlah PTPS juga sejumlah itu. Meskipun berbeda tempat tugas namun kami adalah satu tim yang harus mengawasi dan mengawal suara hingga ke jenjang PPS desa.
Walaupun pemilihan umum hanya dilakukan sehari, namun proses pengawasan terhadap pelaksanaannya tidak cukup sehari. Sebulan sebelum pelaksanaan, pengawasan pemilu sudah melekat. Begitu juga pasca pemilihan, pengawasan terus ada. Baru setelah ada keputusan resmi di tingkat KPU pusat, para pengawas pemilu bisa bernafas lega. Bagi penyelenggara pemilu, bukan hasilnya yang dipikirkan, namun proses memunculkan hasil tersebut yang menjadi isi fikirannya.
Pasca pengumuman resmi KPU, ketua PTPS yang juga merupakan Pengawas Tingkat Desa mengajak untuk berbuka puasa. Moment buka bersama bersama teman sesama PTPS merupakan ajang silaturahmi kami sekaligus merayakan berakhirnya proses Pemilu yang menjadi ranah tugas kami. Dengan berakhirnya tugas PTPS, seharusnya ada pembubaran tim dan juga grup. Tapi semuanya masih enggan untuk meninggalkan grupnya walaupun tugasnya sudah berakhir.
Tugas dan kewajiban memang sudah tidak ada, namun rasa solidaritas dan silaturahmi harus tetap terjaga. Acara buka bersama ini menjadi salah satu penjembatannya. Gak perlu pergi restoran mewah atau pesan menu HokBen yang kayak orang kota, yang penting rasa kebersamaannya.
Tempat yang dipilih untuk berbuka puasa bersama teman sesama PTPS adalah di warung sederhana di desa kami sendiri. Namanya Warung Ayam Bakar Jakarta. Kalau mau tau lokasinya bisa nyari sendiri di google Maps. Lokasinya mudah dijangkau karena berada persis di jalur Jalan Raya Sukodadi – Paciran. Tepatnya di Desa Pucangro Kec Kalitengah Kabupaten Lamongan.
Diwarung ini selalu ramai dikunjungi penikmat kuliner. Terlebih di bulan Ramadhan seperti saat ini, warungnya menjadi tempat favorit buat buka bersama. Menu yang disajikan hanya ada 2 yakni, Ayam Bakar dan Mie Ayam. Namun yang antri dan pesan tempatnya membludak. Hal itu mengisyaratkan kalau menunya emang enak dan disukai banyak orang. Pelayanannya juga ramah. Harganya sendiri ramah dikantong, cuma 15ribu per porsi.
Dengan model lesehan ditemani semilir angin khas pedesaan, para pelanggan dapat menikmati suasana berbuka puasa bersama teman atau keluarga dengan santai serta nyaman. Begitu juga dengan kami yang juga buka bersama disana. Ngobrol dan diskusi juga terasa seru.
wah seru banget acaranya, semoga lebaran tahun depan semakin lebih baik ya 😀