Postingan ini adalah kelanjutan dari postingan sebelumnya yang berjudul Bimtek 4 hari serasa kuliah 4 semester. Jika sebelumnya sudah menceritakan tentang pemberian materi ilmu sejarah dan metode penulisan sejarah, kali ini khusus cerita tentang bimbingan Judul dan Rancangan Penelitian dalam Bimtek Kepenulisan Sejarah yang berlangsung hingga 2 hari lamanya.
Layaknya bimbingan pada umumnya, situasi kegiatan bimbingan kepenulisan sejarah sama persis dengan bimbingan skripsi atau tesis di perguruan tinggi. Bedanya hanya pada waktunya. Jika di perguruan tinggi proses bimbingan skripsi memakan waktu 1 hingga 2 semester, pada Bimtek Kepenulisan Sejarah ini waktunya hanya 2 hari.
Baca juga : Petualangan di Bali Hari Kedua
Dosen Pembimbing dalam Bimtek Kepenulisan Sejarah ini ada 2 yakni Ibu Tri Wahyuning M Irsyam dari Universitas Indonesia dan Pak DR. Sarkawi B Husein dari Universitas Airlangga. Karena jumlah peserta ada 50, proses bimbingan dibagi 2. Masing-masing Dosen mendapat jatah 25 peserta. Penentuan siapa dibimbing siapa ditentukan berdasarkan nomer urut pendaftaran. No urut 1 sampai 25 dibimbing oleh Pak Sarkawi, sedang no urut 26 hingga 50 dibimbing oleh Bu Tri Wahyuning. Saya mendapatkan nomor urut 30, itu berarti dibimbing oleh Bu Tri Wahyuning.

Dalam kurun waktu 2 hari, tentu itu bukan hal yang mudah. Baik bagi peserta maupun bagi pembimbingnya. Namun karena semuanya berkompeten di bidangnya, semua terasa biasa saja. Semua peserta memang suka menulis semuanya. (Baca juga : Limpahan Manfaat Dari Menulis)
Pada tahap bimbingan awal, peserta diminta untuk menyiapkan judul dan rancangan penelitian sejarah yang menjadi keinginan masing-masing. Didalamnya sudah termasuk latar belakang, rumusan masalah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sumber bacaan yang digunakan. Berhubung para peserta adalah orang yang berpengalaman di bidang kepenulisan, bagian yang ini tentu tidak ada kesulitan sama sekali.
Yang sulit tentu saja harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah kepenulisan sejarah. Rancangan penelitian kepenulisan sejarah ini juga dinilai oleh narasumber dan menjadi bagian penilaian peserta Bimtek. Di akhir kegiatan, nilai peserta diumumkan. Jadi inget saat pengambilan Kartu Hasil Semester (KHS) saat kuliah.
Di awal bimbingan, proposal yang sebelumnya saya kirimkan ditolak mentah-mentah. Padahal saya yakin bisa melakukan penelitian sekaligus penulisan. Alasan penolakan adalah karena saya tidak mempunyai sumber yang akurat dan kongrit. Sumber wawancara yang saya gunakan tidak bisa diterima karena tidak objektif. Kesulitan dan kebingungan terbesar saya dapat dari sini. Tulisan yang sebelumnya saya banggakan, ternyata tidak sesuai dengan kaidah kepenulisan. Saya sama sekali tidak punya sumber-sumber sejarah selain hasil wawancara yang sudah saya siapkan sebelumnya.
Berkaitan dengan rancangan penelitian saya, Bu Tri Wahyuning tidak bisa memberikan judul alternatif, karena itu diluar wewenangnya. Beliau hanya mengarahkan bukan membantu memikirkan. Dari bimbingan dengan Bu Sri Wahyuning, saya kemudian memberanikan diri melakukan tanya jawab dengan Pak Sarkawi, kali ajah beliau memberi ide judul yang sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Pak Sarkawi ini lebih tahu seluk beluk sejarah Lamongan, karena beliau adalah penulis buku Sejarah Lamongan Dari Masa Ke Masa.

Akhirnya setelah tanya jawab dengan Pak Sarkawi, saya ada sedikit gambaran tentang judul yang ingin saya ajukan. Saya coba menulis judul : Berkah Banjir di Deaa Pucangro Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan Tahun 1968. Setelah dapat judulnya, saya mencari referensi dan ulasan mengenai hal itu. Karena wifi hotel tidak dapat digunakan, saya menggunakan hotspot pribadi yang kecepatannya pas-pasan. Prosesnya lumayan lama, dari malam hingga pagi menjelang, saya belum mendapatkan hasil yang memuaskan.
Beberapa sumber sejarah yang berasal dari media online Belanda tidak ada yang membahas atau mengulas Desa Pucangro, adanya cuma Lamongan secara umum. Akhirnya setelah istirahat beberapa jam dan melanjutkan pencarian, saya sedikit mendapatkan gambaran mengenai tema dan judul tersebut. Sayapun mencoba untuk menuliskan sesuai kaidah yang ditetapkan dengan segala keterbatasan.

Sekitar pukul 10 pagi, proposal saya selesai. Meskipun masih banyak kekurangan disana sini, namun setidaknya sudah ada gambaran dan garis besarnya. Pasca penulisan, berlanjut ke bimbingan kedua. Pada proses bimbingan kedua, antrian ternyata sangat panjang. Yang ingin mendapatkan bimbingan bukan hanya saya saja, tapi seluruh peserta. Saat bimbingan, saya dapat nomer antrian 23.
Sambil menunggu bimbingan Bimtek Kepenulisan Sejarah, saya sedikit mengotak atik proposal yang saya tulis diselingi dengan diskusi diskusi ringan dengan peserta lainnya. Ternyata yang judulnya ditolak bukan hanya saya saja, ada banyak teman yang bernasib sama. Mereka ini juga kesulitan mendapatkan referensi dan sumber kepenulisan. Beberapa di antara mereka bahkan rela pergi ke perpustakaan Kota Malang atau perpustakaan Unibraw demi mendapatkan sumber buku yang diinginkan. Ada pula yang pergi ke pusat toko buku Willis untuk mencari buku yang diinginkan. Beda banget dengan saya yang gak bisa pergi kemana-mana karena takut nyasar dan gak yakin dengan hasil.

Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya saya mendapatkan jatah bimbingan jam 8 malam. Sebagian besar peserta sudah mendapatkan bimbingan, hanya beberapa saja yang belum, termasuk saya. Mengalami situasi seperti ini saya jadi ingat saat bimbingan skripsi yang harus ekstra sabar menunggu waktu luang si Dosen dan berebut dengan mahasiswa lainnya. Bayangkan, dari jam 10 pagi hingga pukul 8 malam, saya harus menunggu dengan sabar hanya untuk proses bimbingan saja.
Proses bimbingan tidak lebih dari setengah jam. Namun hasil yang didapat sedikit memberi titik terang. Didalam metode penelitian ada beberapa kalimat yang ditambah dan juga dikurangi. Sementara di bagian Judul, ternyata harus diubah karena didalamnya ada banyak kekurangan dan ketidaksesuaian.
Judul akhir yang saya dapatkan adalah “Banjir di Lamongan dan Berkembangnya Jiwa Kedermawanan tahun 1968” Keuntungan dari judul tersebut terletak pada bahan atau sumbernya yang kongrit dan relevan. Ada beberapa koran yang menulis hal itu. Di bukunya Pak Sarkawi juga sedikit membahasnya. Sehingga saya gak perlu bingung lagi.

Berbekal judul baru dan sumber-sumber yang ada, proposal yang sebelumnya sudah saya tulis dalam Bimtek Kepenulisan Sejarah sedikit saya ubah berdasarkan judul baru tersebut. Prosesnya gak serumit saat perubahan yang pertama karena saya sendiri sudah sedikit mengerti alurnya dan bahannya juga sudah ada.
Di hari terakhir, proposal/rancangan penelitian yang berjudul “Banjir di Lamongan dan Berkembangnya Jiwa Kedermawanan tahun 1968” itulah yang saya setorkan ke panitia. Meski saya sendiri belum begitu sreg dengan hasil kepenulisan saya tersebut, tapi karena sudah diburu waktu dan fikiran yang sudah buntu, mau tak mau saya serahkan juga. Masalah nilai, revisi dan lain sebagainya itu urusan nanti. Pokoknya saya sudah menyetorkan sesuai mekanismenya.
Sekitar pukul 8 Malam, tanggal 22 Februari 2018 atau di malam hari keempat, Bimtek Kepenulisan Sejarah resmi ditutup. Acara penutupan di hadiri oleh Prof. Dr. Joko Saryono, M.pd, Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Malang. Dalam sambutan penutupannya, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd mengharapkan kegiatan ini bisa menghasilkan tenaga-tenaga kepenulisan sejarah yang berkualitas dari lintas profesi. Mengingat pada era sekarang batasan dan sekat pada masing-masing profesi yang mulai memudar sehingga siapapun bisa menjadi penulis sejarah, asalkan dengan metode penulisan sejarah yang benar.
Pada acara penutupan tersebut, panitia juga mengumumkan nilai-nilai yang didapat oleh peserta. Nilai terbaik 1 hingga 3 disuruh maju ke depan dan diberi hadiah. Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, saya gak masuk kedalam 3 besar tersebut. Saya hanya jadi penggembira saja. Peringkat terbaik pertama diraih oleh Depi mahasiswa Unej yang mengangkat tentang sejarah afdeeling Nganjuk. Sementara terbaik kedua diraih Ibu Devi yang merupakan seorang dosen dengan rancangan penelitian mengenai akuntansi jaman kerajaan Singosari.

Setelah penutupan selesai, wajah-wajah ramah dan sumringah dari para peserta mulai tampak. Jika sebelumnya hanya wajah-wajah serius yang mendominasi, setelah acara dinyatakan selesai semua mulai tertawa dan saling bercanda. Selfie-selfie ria mulai terlihat disana sini. Sebelumnya mungkin mereka lelah dan stres akibat tuntutan karya tulis yang mesti diselesaikan, jadi setelah selesai semua merasa plong dan terlihat gaya aslinya. Suasana mirip dengan saat proses wisuda. Apalagi keesokan harinya juga dibagikan sertifikat sebagai tanda telah mengikuti kegiatan Bimtek.
Bimtek Kepenulisan Sejarah di Kota Malang kemarin telah memberi warna dan pengetahuan baru bagi saya. Kalau ada kegiatan semacam ini, tentu masih ingin ikut lagi. Minat terhadap sejarah tentu tidak akan lengkap jika tidak bisa menuliskannya.
Mantap mba sukses selaku dalam penulisan sejarahnya 🙂