Petualangan di Bali Hari Keenam

Petualangan di Bali Hari Keenam menjadi hari yang terberat dan tercapek diantara hari-hari lainnya. Saat menuliskan ini, rasa capeknya langsung terbayang. Hari itu bertepatan dengan pelaksanaan Green Edukator Course hari keempat. Namun di penghujung hari atau saat sore, ada moment manis yang tercipta dan susah dilupakan. Sebaiknya baca dulu : Petualangan di Bali hari Kelima agar mengetahui kegiatan di hari sebelumnya.

Jadwal hari ke-empat Green Edukator Course mengalami perubahan dan tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Hal itu dikarenakan Mr. John Hardy pendiri Green School sedang berada di luar negeri. Berdasarkan jadwal, peserta seharusnya melakukan trash walk dan sarapan pagi di Pondok Bambu Indah tempat kediaman Mr.John Hardy. Berhubung orangnya tidak ada, jadwalnya dirubah. Trash Walk dan sarapan dilakukan di sekitar wilayah Green School saja. Menu sarapan hari keempat

Pemberitahuan perubahan jadwal sudah dikonfirmasi sebelumnya lewat grup WA, jadi tidak ada yang kecele. Pagi hari sekitar pukul 07.30 WITA saya dan peserta Green Edukator Course lainnya turun ke Peace Garden untuk sarapan. Menu sarapan kali ini berbeda dengan menu sarapan sebelumnya, ada bubur ayam dan aneka buah disana. Hal ini tentu bikin hati sumringah setidaknya menunya tidak sama dengan menu Petualangan di Bali hari ketiga.

Pasca sarapan, sudah ada Mrs. Paulin salah satu wali murid Green School dan Mas Abid dari “Kembali”yang menunggu peserta untuk melakukan trash walk di sekitar Green School. Trash Walk adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kegiatan pengambilan sampah non organik yang berserakan di jalanan. Sampah-sampah tersebut diambil dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Ada sampah plastik, sampah kertas, sampah botol dan sampah bungkus makanan.

Dengan menggunakan karung dan alat penjepit/pengambil sampah, para peserta kemudian melakukan Trash Walk di sekitar perkampungan dan persawahan dekat Green School. Rutenya lumayan panjang, hampir satu jam berkeliling jalan kaki. Walaupun kondisi jalannya tidak naik turun seperti kondisi di Green School, tapi rasa capek dan lelah sangat terasa.

Untuk mengurangi rasa capek, lelah dan bosan, beberapa teman berinisiatif untuk bernyanyi sepanjang jalan. Hal ini menjadikan kegiatan Trash Walk lebih semarak dan menyenangkan. Sepanjang diadakannya Green Edukator Course, mungkin baru kali ini ada peserta yang selalu bernyanyi-nyanyi di sepanjang jalan Trash Walk. Peserta Green Edukator Course edisi Bahasa Indonesia yang pertama memang beda dengan edisi Green Edukator Course sebelumnya. Semua peserta memang istimewa dan selalu “Bahagia”, sesuai jorgan yang sering digunakan. Alhamdulillah saya bisa menjadi salah satu orang yang bisa mengikutinya.

Berbagai pemandangan indah terlihat saat berjalan-jalan di perkampungan penduduk, areal persawahan dan hutan tersebut. Disini saya teringat dengan pemandangan saat di kampung Desa Peniwen Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang, tempat penugasan saya 5 tahun yang lalu. Pemandangannya nyaris sama. Diantara perkampungan ada sawah, ada rumah, ada berbagai pohon yang menjulang tinggi dan banyak anjing dimana-mana. Hawanya segar dan asri. Cuma di Malang dulu tidak ada TPA atau penampungan sampahnya.

Dalam perjalanan trash walk tersebut banyak hal baru yang bisa dilihat dan dipelajari. Salah satunya ada monumen sejarah yang berada di dekat parkir Green Scholl. Saya sendiri tidak tahu apa dan bagaimana sejarahnya, namun saya sangat tertarik dan mungkin nanti akan mencari tahu tentang monumen tersebut.

Setelah Trash Walk, peserta masih harus memilih sampah sesuai jenisnya di depan markas “Kembali”. Sampah dari karung dipindahkan ke keranjang besar yang disediakan untuk nantinya akan disetorkan ke pengepul. Disini Mas Abid dari “Kembali” menjelaskan banyak hal mengenai pemilihan dan pengolahan sampah di Green Scholl. Berhubung badan sudah terasa capek dan bau keringat dimana mana, usulan dari panitia untuk melanjutkan materi selanjutnya ditolak peserta. Kembali ke Lodge untuk mandi membersihkan diri dan istirahat sejenak menjadi pilihan yang dipilih peserta setelah Trash Walk. Tapi sebelum itu, tiap peserta harus difoto satu persatu untuk keperluan dokumentasi.

Trash Walk
Foto di depan Markas Kembali setelah Trash Walk

Kegiatan-kegiatan Green Edukator Course hari keempat setelah makan siang sudah kembali sesuai jadwal. Sebelum makan siang, saya menyempatkan untuk Sholat Dhuhur dan Ashar sekalian di Lodge. Niatnya Jama’ Taqdim. Mencari tempat yang suci di Green Scholl amat susah, banyak anjing yang berkeliaran dimana mana, lokasi kegiatan juga pindah-pindah tidak dalam satu tempat sehingga saya khawatir nanti tidak bisa sholat Ashar.

Setelah makan siang ada materi pengenalan Proyek OROS yang sedang dikembangkan di Green Scholl. Materi disampaikan oleh mahasiswi berjilbab yang magang dan menyelesaikan tugas akhir di Green Scholl. Awalnya saya tidak paham dengan isi dari materi ini. Bahasanya sangat ilmiah khas anak teknik dan tidak bisa dimengerti oleh otak ndeso saya. Tapi setelah dijelaskan oleh Mbak Widia yang duduknya disebelah saya dan adanya diskusi panjang antar peserta akhirnya materi ini saya pahami juga. Ternyata proyek OROS itu adalah proyek penggunaan energi alternatif dari panel surya dan aliran air sungai untuk pembangkit listrik di area Green Scholl.

Pemahaman dan pengetahuan lebih meningkat setelah melihat secara langsung proyek OROS ini. Setelah penyampaian materi dan teori, peserta Green Edukator Course edisi Bahasa Indonesia diajak untuk berkeliling melihat langsung lokasi proyek OROS. Jarak antar tempat lumayan jauh dengan medan yang naik turun, rasa capeknya lumayanlah.

Pertama, kami diajak untuk melihat bangunan yang terbuat dari tanah lembek yang dibungkus karung. Tanah tersebut ditumpuk menyerupai kubah dengan banyak botol yang diselipkan disana sini untuk sirkulasi udara. Bangunan ini masih dalam proses pembuatan sehingga masih belum bisa dilihat detailnya. Rencananya bangunan ini akan dibuat untuk mengendalikan dan memonitor sistem dari sistem energi alternatif OROS.

Setelah dari bangunan tanah, kami diajak ke lokasi yang terdapat banyak panel surya. Lokasinya dekat dengan ruangan kelas Green Scholl dimana ada banyak anak yang sedang belajar. Jadinya tidak boleh berisik dan lama-lama di tempat ini.

Energi alternatif panel surya di Green School sudah berjalan sejak tahun 2011. Sumber pendanaannya dari Akuo Foundation, sebuah yayasan dari grup perusahaan multinasional Akuo (Perancis) yang memiliki fokus pada penggunaan pembangkit energi terbarukan di seluruh dunia.

Salah satu hal yang menarik dari panel surya di Green School ini adalah penggunaan bambu sebagai penyangga modul surya. Bambu memang merupakan bahan utama di seluruh bangunan Green School karena bahan tersebut sangat ramah lingkungan. Penyangga panel surya yang terbuat dari bambu ini adalah salah satunya.

Dari lokasi panel surya, kami diajak turun ke dataran paling bawah yang terdapat generator turbin hidrogen. Disana ada semacam kolam berbentuk lingkaran dari beton dan di dalamnya ada pusaran air sungai yang berputar terus menerus. Pusaran air inilah yang nantinya digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air. Jadi ini semacam PLTA di lingkungan Green School.

Satu manfaat nyata yang sudah saya dapatkan dari Green Edukator Course ini adalah saya bisa melihat secara langsung dan mendekat berbagai energi alternatif yang dapat digunakan untuk kelestarian lingkungan. Pengetahuan ini bisa saya tularkan di kampung halaman. Jika biasanya saya menjelaskan tentang penggunaan energi alternatif pada anak-anak yang belajar di TBM Bintang Brilliant hanya berdasarkan gambar dan teori di buku saja, sekarang saya bisa menambah penjelasan berdasarkan hasil pengamatan langsung. Rasa capeknya terbayar tinggi.

Dari lokasi pembangkit listrik tenaga alternatif, materi dan kegiatan berlanjut ke sesi Student Village dan Koperasi. Lokasinya berada di Student Village yang letaknya berada di bagian paling atas Green School. Perjalanan dari daratan paling bawah (area generator turbin hidrogen) menuju Student Village (daratan paling atas) menjadi perjalanan yang cukup melelahkan. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh, tapi tanjakan yang cukup tinggi membuat nafas tersengal – sengal.

Di Student Village peserta Green Edukator Course sudah disambut oleh Ibu asrama yang bernama ibu Carlos dari Brazil. Disana kami semua diberi penjelasan tentang keadaan Student Village yang menjadi asrama bagi anak-anak Green School yang jauh dari orang tua dan adanya berbagai peraturan disana. Setelah itu kami diajak untuk membuat sampho dan teh kampucha.

Bahan-bahan untuk membuat Sampo dan kampucha didapat dari berbagai tanaman yang berada di area Student Village. Bahannya alami dan tanpa bahan kimia sedikitpun. Kami diminta untuk mencari sendiri bahan-bahannya dan diarahkan dalam pembuatannya. Bahan bahan untuk membuat Sampo diantaranya : Lidah Buaya, urang-aring, jeruk purut dan beberapa bahan lainnya yang saya lupa namanya. Bahan-bahan tersebut diblender jadi satu dan diperas untuk diambil sarinya.

Jadi di Green Edukator Course ini kami tidak hanya belajar teori tapi juga praktik langsung. Untuk pembuatan teh kampucha saya sendiri tidak begitu mengikutinya. Disamping tidak tahan dengan baunya, saat itu saya diajak untuk wawancara dan rekaman video tentang aktivitas saya di rumah. Ada Pak Andrian yang standbay dan mengurusi masalah videonya, jadi pembuatan teh kampucha tidak bisa saya tuliskan.

Pukul 17.00 WITA sesi di Student Village berakhir. Selanjutnya kami diarahkan turun ke jembatan untuk makan malam. Disinilah terdapat kejutan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Saya pikir makan malamnya sama seperti ketika makan diwaktu lainnya, cuma tempatnya yang beda. Tapi ternyata diluar dugaan. Makan malam terakhir di Jembatan ini terasa beda dan memberi kesan mendalam. Di jembatan tempat biasanya kami lewat menuju Green School, setengah bagiannya sudah terdapat banyak taburan bunga. Bunga bunga ini dihias dan dibentuk sebuah kata. Sedangkan setengah bagian lainnya terdapat meja makan yang diatasnya terdapat berbagai makanan.

Disinilah letak keunikannya, nasi kuning sebagai menu utama diletakkan diatas potongan batang pisang yang memanjang. Sedangkan lauk pauk dan sayurnya di letakkan disamping kanan kirinya. Melihat sajian makanan ini, saya jadi teringat dengan teman-teman Blogger yang selalu jepret sana jepret sini untuk mengabadikan sebuah peristiwa unik. Sayangnya Saat itu Hp saya sering ngeblank jadinya gak leluasa bisa foto. Tapi tetap banyak yang foto-foto disana dan di share di WAG. Saya ambil beberapa diantaranya untuk pelengkap blog ini.

Pada makan malam kali ini, baik peserta, panitia, videografer maupun fotografer duduk bersama di satu meja untuk makan malam. Angin sepoi sepoi berhembus mesra membuai orang disana sambil diiringi musik alami gemericik aliran sungai. Suasananya sangat romantis dan teduh, bikin semua lahap dan pengen nambah nasinya. Keakraban dan kebersamaan terasa amat nyata. Kesan mendalam sangat terasa dan susah diungkapkan lewat kata-kata. Ada banyak celoteh dan cerita yang mengiringi.

Karena hari sudah beranjak gelap, moment makan malam dan bincang-bincang harus diakhiri. Kami semua kemudian kembali ke Lodge untuk melakukan kegiatan terakhir di hari itu. Kegiatannya sendiri sangat santai dan bikin happy. Hanya duduk bersama mengelilingi api ugggun dan melakukan berbagai permainan kecil ala anak pramuka.

Petualangan di Bali khusus hari Keenam memang terasa capek dan melelahkan, tapi itu terbayar lunas dengan segala informasi, pengetahuan dan pengalaman dihari itu. Semoga pembaca tidak capek membacanya karena masih ada cerita petualangan lainnya di 3 hari kedepan.

Munasya

Blogger, Writer and Teacher Contact Person : email : sy4r0h@gmail.com Twitter : @Munasyaroh_fadh IG. : @Muns_Fadh

2 komentar di “Petualangan di Bali Hari Keenam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!