Plato adalah salah satu tokoh dunia yang dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM. Plato Bapak Filsafat Dunia meninggal di tempat kelahirannya yakni di Athena pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun.
Plato berasal dari keluarga aristokrasi yang turun menurun memegang peranan penting dalam politik di athena Athena. Plato adalah salah saeorang murid terbaik Socrates. Sama dengan Socrates, Plato sama sekali ia tidak tertarik dengan hingar bingar dunia politik. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates.
Pasca kematian Socrates karena proses pengadilan yang sangat janggal, Plato mengembara ke beberapa tempat untuk mengekspresikan kekecewaannya terhadap pemerintahan Athena.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Plato berkelana ke berbagai pelosok dunia, dari Sisilia, Italia hingga ke Mesir. Setelah lama berkelana, Plato Bapak Filsafat Dunia pulang kampung kembali ke Athena dan mulai merintis pendirian Akademi. Akademi tersebut sekarang ini disebut-sebut sebagai model Universitas pertama di Dunia.
Baca juga : Sejarah Awal Adanya Perpustakaan Dunia
Plato memiliki bakat yang luar biasa dalam dunia kepenulisaan saat itu. Hal itu dibuktikan daritulisan 24 dialog Plato yang dianggap sebagai kesusastraan dunia hingga saat ini.
Seperti halnya Socrates, Plato juga selalu melakukan percakapan/dialog dengan warga Athena untuk menuliskan pemikiran-pemikirannya.
Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan menjadi pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates dan menjadi guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Politeia,) yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”.
Plato bapak Filsafat Dunia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah tokoh utamanya. Salah satu perumpamaan Plato yang paling terkenal adalah mengenai perumpaan orang-orang yang ada di gua.
Dalam perumpamaan yang ditulis oleh Plato, orang-orang yang hidup digua tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Mereka diibaratkan sebagai narapidana dalam gua yang hanya bisa memandang ke satu arah karena tubuhnya terikat. Sementara di belakangnya ada api yang menyala dan di depannya ada dinding gua. Mereka hanya dapat melihat bayang-bayang yang dipantulkan pada dinding gua oleh cahaya api. Mereka menganggap bayang-bayang tersebut sebagai kenyataan dan tidak dapat memiliki pengertian tentang benda-benda yang menjadi sumber bayang-bayang.
Sedangkan orang-orang yang memiliki pengetahuan filsafat tinggi, Plato gambarkan sebagai seorang yang mampu keluar dari gua tersebut dan dapat melihat segala sesuatu yang nyata dan menuadari bahwa sebelumnya ia tertipu oleh bayang-bayang. Namun ketika ia kembali ke gua untuk memberitahukan kepada teman-temannya tentang dunia nyata, ia tidak dapat lagi melihat bayang-bayang secara jelas jika dibandingkan dengan teman-temannya, sehingga di mata teman-temannya ia tampak menjadi lebih bodoh daripada sebelum ia bebas. Demikianlah pemikiran Plato mengenai realitas yang sebenarnya.
Ciri utama dalam filsafat Plato adalah Teori Idea.
Plato menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya. Namun kebenaran umum (definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif tetapi tersedia di alam idea. Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat, Tingkat ide yang tertinggi adalah idea kebaikan, dibawahnya idea jiwa manusia, yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbukan seni ilmu, pendidikan dan politik.
Metafisika Plato yang terkenal adalah apa yang juga dipikirkan oleh Socrates, bahwa kenyataan ini tersusun dari dua hal yang tidak bisa didamaikan, dunia material dan dunia spiritual. Dunia material baginya adalah bayangan dunia yang sesungguhnya yakni dunia spiritual. Menurut Plato, “kebanyakan manusia bahagia dengan hidup tanpa perenungan”. Hal ini ironis, sebab kualitas hidup tertinggi adalah pada saat manusia menutup mata dan mampu keluar dari kungkungan dunia material.
Teori tentang “bentuk” Plato juga diinspirasi oleh Socrates. Bentuk adalah arketip atau abstraksi dari pengalam fisik yang terjadi di sekitar manusia. Pengalaman fisik serba rusak dan berubah, namun bentuk tidak bisa rusak atau berubah. Di dalam epistemologi, Plato berpendapat bahwa pengetahuan sejatinya adalah kepercayaan benar yang telah mengalami proses pembenaran atau justifikasi. Pengetahuan adalah pemahaman menyeluruh tentang “bentuk” yang tidak berubah dan hubungan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya.
Plato menjelaskan bahwa, jika ada sejumlah individu memiliki nama yang sama, mereka tentunya juga memiliki satu “ide” atau “forma” bersama. Sebagai contoh, meskipun terdapat banyak ranjang, sebetulnya hanya ada satu “ide” ranjang. Sebagaimana bayangan pada cermin hanyalah penampakan dan tidak “real”. Demikian pula pelbagai ranjang partikular pun tidak real, dan hanya tiruan dari “ide”, yang merupakan satu-satunya ranjang yang real dan diciptakan oleh Tuhan. Mengenai ranjang yang satu ini, yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh pengetahuan, tetapi mengenai pelbagai ranjang yang dibuat oleh tukang kayu, yang bisa kita peroleh hanyalah opini.