Setiap lebaran tiba, selalu ada jutaan orang yang mudik didalamnya. Jutaan orang tersebut tentunya memiliki cerita mudik yang selalu menarik untuk diceritakan. Ada yang mudik jauh-jauh hari sebelum lebaran untuk menghindari kemacetan, ada yang mudik pasca lebaran, ada yang mudik diiringi kisah horor, lucu dan sebagainya. Tak sedikit yang menangis sedih tidak bisa mudik karena terkendala biaya.
Dari sekian banyak cerita mudik yang saya dengar, ternyata tak sekalipun saya merasakannya. Karena seumur hidup saya tidak pernah mudik. Dari lahir hingga sekarang ini, saya tidak pernah pindah maupun pergi ke tempat yang jauh dalam kurun waktu yang lama. Alhasil cerita lebaran saya selalu berada di Kabupaten Lamongan.
Saya lahir di salah satu desa di wilayah Kabupaten Lamongan. Saya sekolah SD/MI di desa tersebut. Menginjak Madrasah Tsanawiyah (SMP) dan Madrasah Aliyah (SMA) sekolahnya juga di wilayah Lamongan. Masuk Universitas juga yang berada di Kabupaten Lamongan. Memang pernah kerja di luar kota, namun seminggu sekali selalu pulang kerumah. Jadi tidak pernah merasakan euforia mudik di jalan seperti apa.
Walaupun tidak pernah punya cerita mudik, saya tidak pernah menyesal. Saya selalu bersyukur atas apa yang Allah tetapkan selama ini dan menjalaninya dengan ikhlas. Kalaupun saya tidak pernah mudik, tiap moment lebaran selalu diisi dengan silaturahmi ke tetangga, keluarga dan juga teman-teman terdekat.
Baca juga : 5 Profesi Yang Tidak Mendapatkan THR
Cerita-cerita mudik selalu saya dengar dari orang-orang yang saya kunjungi. Orang tua yang anaknya bisa pulang saat lebaran tiba selalu tampak sumringah. Mereka menceritakan membanggakan pencapaian yang dilakukan oleh anaknya di perantauan. Sebaliknya orang tua yang anaknya tidak bisa pulang, pasti menampakkan raut muka yang sedih. Tak sedikit yang meneteskan air mata untuk anaknya yang tidak bisa pulang karena berbagai alasan. Padahal segala sesuatu di rumah sudah dipersiapkan.
Moment lebaran adalah momen berkumpulnya seluruh keluarga. Itu kenapa, mudik dijadikan sebuah kewajiban di tiap tahunnya. Segala sesuatu dipersiapkan untuk menyongsong moment tersebut. Kalau ada yang tidak bisa pulang dan berkumpul dengan keluarga, tentu ada sesuatu yang kurang didalamnya.
Baca juga : Libur Lebaran dan Sepinya Dunia Maya
Beruntung sekali, walaupun saya tidak punya cerita mudik namun setiap lebaran datang, saya selalu bisa berkumpul dengan keluarga besar. Silaturahmi ke lainnya juga selalu terjaga. Setelah beribadah sebulan penuh di Bulan Ramadhan, berkumpul di hari raya idul Fitri menjadi kado yang paling indah bagi keluarga.