Upaya Sederhana Supaya “Lali Gadget” ala Achmad Irfandi

Di era digital saat ini, ketergantungan anak-anak pada gadget menjadi permasalahan yang cukup serius. Berdasarkan survei terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, 87% anak Indonesia usia 5-17 saat ini menggunakan gadget selama lebih dari tiga jam per hari. Jika berlebihan, hal ini bisa berdampak negatif pada kemampuan sosial, fisik, hingga kesehatan mental mereka.

Di tengah tantangan ini, muncul sosok Achmad Irfandi, seorang pemuda yang berhasil menciptakan inovasi sederhana namun efektif lewat Kampung Lali Gadget, di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Inovasinya ini membuatnya menjadi salah satu pemenang SATU Indonesia Awards 2021 dari PT Astra Internasional, Tbk dan juga memenangkan banyak penghargaan lainnya.

Melalui pendekatan kreatif dan suasana yang menarik, Achmad Irfandi mampu mengajak anak-anak “melupakan” gadget mereka selama berada di tempat yang dikelolanya tersebut. Kampung Lali Gadget bukanlah sebuah daerah, desa atau kampung dalam arti yang sebenarnya. Namun ini adalah suatu kawasan di area rumah Irfandi yang disulap menjadi sebuah tempat berkumpul dan melakukan berbagai permainan. Di lokasi tersebut ada pendopo sederhana, sawah, tanah lapang, kebun luas dan juga kolam. itu juga untuk permainan.

Berdasarkan wawancara dengan pengelola Kampung Lali Gadget, ada beberapa cara yang sering digunakan untuk membuat anak-anak merasa nyaman bermain, berinteraksi, dan benar-benar lupa dengan gadget mereka saat berada di Kampung Lali Gadget.

1. Membangun Kepercayaan pada Lingkungan atau Tempat

Menurut Achmad Irfandi, kepercayaan terhadap tempat adalah langkah awal yang penting. Saat anak-anak datang ke Kampung Lali Gadget, Irfandi memastikan bahwa mereka merasa nyaman dan aman di lingkungan tersebut. Lingkungan yang asri, bersih, dan penuh dengan permainan tradisional membuat anak-anak merasa tertarik.

Sebagai contoh, Kampung Lali Gadget menghadirkan berbagai fasilitas permainan yang memungkinkan anak untuk bebas bereksplorasi tanpa perlu pengawasan ketat. Permainan seperti lompat tali, gobak sodor dan berbagai ornamen permainan tradisional disiapkan dengan keamanan yang terjamin. Dengan menyediakan lingkungan yang ramah anak, Irfandi yakin bahwa anak-anak bisa mempercayai tempat tersebut sebagai ruang bermain yang menarik, sehingga mereka tidak merasa perlu mencari hiburan dari gadget.

Saat pertama kali menginjakkan tempat di Kawasan Kampung Lali Gadget, anak-anak dibebaskan untuk melihat berbagai permainan yang disediakan. Mereka juga bisa mencobanya sendiri sebelum benar-benar dimainkan bersama. Setelah beberapa waktu, barulah mereka dikumpulkan bersama dan diberikan instruksi selanjutnya.

2. Kepercayaan pada Pemandu

Selain lingkungan, Irfandi juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan antara anak-anak dan para pemandu di Kampung Lali Gadget. Irfandi bersama timnya selalu berinteraksi dengan cara yang menyenangkan dan penuh semangat, membuat anak-anak merasa nyaman dan dihargai. Pemandu di Kampung Lali Gadget tidak hanya bertugas mengawasi, tetapi juga turut serta dalam permainan.

Aneka Permainan Lali Gadget

Sebagai contoh, ketika anak-anak melakukan permainan dolanan tanah lapang di sekitar area, para pemandu ikut berperan aktif dalam kegiatan tersebut, sehingga anak-anak merasa seperti bermain bersama teman mereka. Irfandi menuturkan, “Anak-anak lebih percaya dan merasa nyaman dengan pemandu yang aktif terlibat, bukan hanya mengawasi. Dengan begitu, mereka lebih cepat melupakan gadget mereka dan menikmati kebersamaan.”

Kepercayaan ini juga dibangun melalui pendekatan emosional. Pemandu tidak hanya bersikap sebagai pengawas, tetapi lebih sebagai teman bermain dan mentor. Hal ini membuat anak-anak merasa diterima, didengarkan, dan diperhatikan, yang pada akhirnya membantu mereka terlepas dari ketergantungan gadget.

3. Membangun Nilai atau Value dalam Kegiatan

Menurut Achmad Irfandi, kegiatan yang diadakan harus memiliki nilai atau “value” yang bermakna bagi anak-anak. Nilai yang dibangun di Kampung Lali Gadget meliputi kerja sama, kreativitas, dan tanggung jawab. Dengan membangun nilai-nilai ini, anak-anak merasa ada makna lebih dalam dari sekadar bermain, dan mereka terdorong untuk terlibat lebih mendalam.

Misalnya, dalam aktivitas “Bermain Godong,” anak-anak diajak untuk bermain dengan cara-cara yang kreatif. Dalam kegiatan ini, anak-anak menggunakan daun singkong sebagai bahan utama untuk membuat berbagai kreasi sederhana, seperti wayang dari daun, kitiran (kincir angin), atau kalung daun.

Aktivitas ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan mereka pada keterampilan motorik dan kreativitas. Saat membuat wayang dari daun singkong, misalnya, anak-anak belajar menggunting dan merangkai daun dengan cara yang presisi, yang membantu melatih koordinasi mata dan tangan mereka. Selain itu, mereka belajar tentang bentuk, ukuran, dan cara menyusun benda agar terlihat menarik.

Achmad Irfandi Kampung Lali Gadget

Membuat kitiran dari daun mengajarkan prinsip dasar tentang angin dan gerak. Anak-anak belajar bagaimana kitiran berputar saat terkena angin, memberikan pemahaman sederhana tentang sains secara menyenangkan. Sedangkan dengan membuat kalung dari daun, mereka belajar teknik menganyam atau merangkai daun-daun menjadi satu, mengembangkan kesabaran, ketelitian, dan kemampuan merencanakan sebelum mulai bekerja.

Bermain godong juga mengajarkan anak tentang pentingnya alam, bahan-bahan alami, dan kreativitas tanpa harus bergantung pada gadget. Melalui aktivitas ini, anak-anak memperoleh keterampilan tangan serta pemahaman tentang konsep-konsep sederhana yang akan berguna dalam proses belajar dan pendidikan mereka.

Dengan adanya value ini, anak-anak merasa kegiatan yang mereka ikuti memiliki tujuan yang lebih dari sekadar bermain. Irfandi menjelaskan, “Jika anak-anak merasa kegiatan yang mereka ikuti memberikan pelajaran atau makna tertentu, mereka akan lebih fokus dan betah, sehingga ketergantungan pada gadget bisa dikurangi.”

Hasil dan Manfaat dari Pendekatan “Lali Gadget”

Permainan tradisional

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan orang tua, pendekatan ini berhasil membuat anak-anak betah di Kampung Lali Gadget. Anak-anak tidak hanya menghabiskan waktu mereka di luar ruangan, tetapi juga mengalami peningkatan dalam hal keterampilan sosial, kemampuan fisik, dan pemahaman akan tanggung jawab. Banyak orang tua yang melaporkan bahwa anak mereka menjadi lebih mandiri dan kreatif setelah mengikuti program di Kampung Lali Gadget.

Upaya sederhana dari Achmad Irfandi dalam membangun kepercayaan pada tempat, pemandu, dan nilai kegiatan terbukti efektif mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget. Konsep Kampung Lali Gadget ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang tua dan komunitas lain untuk menciptakan ruang yang serupa, sehingga generasi muda dapat tumbuh dengan lebih seimbang, kreatif, dan berintegritas tanpa ketergantungan yang berlebihan pada teknologi.

Munasya

Blogger, Writer and Teacher Contact Person : email : sy4r0h@gmail.com Twitter : @Munasyaroh_fadh IG. : @Muns_Fadh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!