FLP atau Forum Lingkar Pena menjadi salah satu komunitas bidang literasi yang saya ikuti sekarang. Meskipun sudah lama sekali mengetahui adanya FLP dan saya mengenal banyak Pengurusnya di Lamongan, namun masih belum ada niat untuk bergabung. Baru pada 2021 kemarin, hati tergerak untuk mendaftar menjadi anggotanya. Gak ada kata telat sih, yang penting Actionnya.
Ketika ketua FLP Kabupaten Lamongan mengumumkan adanya Kemah Literasi di Bondowoso saya menjadi orang pertama di buat yang antusias dan ingin mendaftarkan diri. Namun karena berbagai pertimbangan, sang ketua masih bingung dengan transportasi yang akan digunakan. Bondowoso – Lamongan jaraknya lumayan jauh.
Transportasi Yang Menjadi Hambatan Pertama
Alternatif pertama adalah menggunakan kereta api. Tapi kendalanya ada pada waktu atau jam keberangkatan. Berangkatnya malam hari dari Lamongan, tapi sampai di Jember tengah malam. Ada juga alternatif berangkat dini hari, dari Lamongan ke Surabaya. Nanti dari Surabaya ada kereta murah ke Jember yang harganya hanya 29.000 saja.
Stasiun Bondowoso saat ini sudah tidak diaktifkan, alternatif tujuan terdekat ada di Stasiun Jember. Jarak Jember ke Bondowoso masih satu setengah jam, kalau naik kendaraan umum juga harus gonta ganti armada. Setelah dipikir-pikir naik kereta api kayak gini juga terasa berat.
Alternatif ketiga yang akhirnya dijadikan keputusan akhir adalah ikut rombongan dari Gresik yang nyater Elf. Anggota FLP Lamongan nanti bisa naik di titik penjemputan yang ditentukan di Lamongan. Awalnya saya ngikut saja apa kata ketua yang ingin ikut rombongan dari Gresik naik Elf. Tapi setelah diskusi dan mempertimbangkan kondisi fisik, pada akhirnya memutuskan berangkat naik kereta bareng dengan teman Tuban. Untuk pulangnya tetap ikut rombongan Elv Gresik dengan pembayaran full seperti yang lainnya.
Pertimbangan utama memilih berangkat sendiri dan gak ikut rombongan adalah menjaga kondisi fisik diri sendiri. Lamongan – Bondowoso jaraknya lumayan jauh, lebih dari 6 jam perjalanan. Saya tidak pernah bisa tidur dalam perjalanan, walaupun hanya sesaat. Biasanya ketika turun dari kendaraan, baru bisa tidur. Mangkanya daripada gak bisa mengikuti acara dengan maksimal karena mata ngantuk, lebih baik berangkatnya jauh-jauh hari supaya ada jeda waktu untuk istirahat.
Kalau istirahat atau tidurnya pasca acara dan saat di rumah, tentunya gak masalah. Mangkanya pulangnya mau ikut rombongan naik elf. Perjalanan naik elv saat pulang memakan waktu hingga 9 jam perjalanan. Selama perjalanan saya tidak bisa tidur sama sekali. Saya menikmati saja pemandangan selama perjalanan. Itung-itung cuci mata liat alam asri, gak melulu lihat gadget saja.
Diantara rentetan agenda Kemah Literasi yang full durasi, saya cuma absen di satu acara. Yakni acara inagurasi penetapan anggota baru. Rasa kantuk yang melanda sebelum jam 9 malam membuat saya harus menyerah dan pada akhirnya tidur di tempat yang disediakan. Niatnya sih cuma rebahan saja, gak taunya bablas karena kecapekan. Ketika ada teman yang gak bisa tidur karena banyaknya orang dalam kemah dan ramainya suasana, saya malah tidur dengan santainya. Sampai banyak yang ngiri.
Oleh-oleh Dari Kemah Literasi FLP
Mengikuti Kemah Literasi FLP Jawa Timur memberikan banyak kemanfaatan bagi saya pribadi. Jauh-jauh dari Lamongan ke Bondowoso, bukan hanya tape saja yang jadi oleh-oleh. Namun ada banyak hal yang saya dapatkan sebagai oleh-oleh di masa depan.
Apa saja sih yang didapatkan? Berikut rangkumannya
1. Teman dan Sahabat Baru
Saya itu termasuk orang yang susah mengawali pembicaraan dengan orang baru sehingga terkesan pendiam. Tapi kalau sudah dua kali bertemu, insyaallah bisa membaur dan berinteraksi dengan baik. Kalau sudah tiga kali, empat kali malah bisa akrab banget dan nyambung kalau diajak ngobrol ngalor ngidul. Cuma kalau mengawali yang amat susah.
Ini pertama kalinya saya mengikuti agenda resmi FLP Wilayah Jawa Timur. Karena termasuk anggota baru di dalam Forum Lingkar Pena, saya. cuma kenal dengan anggota lain dari sesama Lamongan. Juga satu dari Tuban yang juga sama-sama anggota Forum komunitas lainnya. Sempat khawatir dan ada gak enak di hati karena belum pernah bertemu dengan para anggota FLP dari luar daerah. Pasti gak bisa akrab dan banyak rasa canggung saat pertama kali.
Alhamdulillah, kekhawatiran saya tidak terbukti. Ketika sampai di Stasiun Jember, sudah ada teman dari FLP Jember yang standby dan memberi tumpangan ke lokasi acara di Bondowoso. Tentu ini karena berkat teman saya dari Tuban itu yang mengawali dan memfasilitasi. Kalau gak ada dia, pasti kowa kowe sendirian.
Selama perjalanan Jember-Bondowoso yang 1 jam setengah, sempat berkenalan dan menjalin komunikasi. Ada satu teman laki- dan 3 teman perempuan dari Jember yang menjadi teman baru di mobil. Meskipun lebih banyak menjadi pendengar yang baik, tapi setidaknya sudah mengetahui berbagai kesibukan teman sesama anggota FLP Jember. Nanti jika bertemu kembali, bisa lebih akrab lagi.
Sesampainya di lokasi, makin banyak teman dan sahabat baru yang saya kenal. Ada yang dari Jombang, Surabaya, Sidoarjo, Pacitan, Malang dan kota-kota lainnya. Forum ini basicnya islami banget, sehingga ada pembatasan antara laki-laki dan perempuan. Saya hanya kenalan dengan teman-teman perempuan saja, kalau yang laki-laki cuma bisa lihat dari jauh dan tidak ada interaksi langsung.
Semakin tua, ternyata ingatan saya semakin terbatas. Setelah kenalan, saya tidak bisa mengingat nama teman baru satu persatu. Hanya ingat asal daerahnya saja. Maklum, kenalannya langsung barengan dalam satu waktu secara lisan, jadi susah masuk ke otak. Mungkin beda, jika ada tulisan atau tag name, insyaallah bisalah lebih ingat.
Silaturahmi bersama teman baru antar anggota FLP terus berlanjut. Ada WAG kegiatan yang bisa jadi ajang pertukaran kontak. Juga ada media sosial yang bisa menyatukan komunikasi di dunia maya. Kontak nomer telepon jadi bertambah, begitu juga dengan pengikut media sosial Instagram. Teman-teman baru ini membawa banyak berkah. Setelah acara, beberapa ada yang chat pribadi dan menjalin ukhuwah.
Ada cerita, unik berkaitan dengan teman baru FLP Jatim. Saat saya posting acara Kemah Literasi FLP Jatim di status WA, salah satu teman lama dari Nganjuk ngechat kalau suaminya ikut juga dalam acara tersebut. Baju yang dipakai sama persis dengan yang di setrikanya kemarin. Agak kaget juga sih. Saat pesan terkirim, acara sudah hampir selesai dan persiapan penutupan. Pikir saya, pasti tidak sempat nyari si suami dan ngobrol. Beda kalau tahunya lebih awal, pastinya lebih leluasa.
Gak disangka, baru 5 menit nutup chatingan dengan teman tersebut, saya melihat seorang ikhwan yang jalan sendirian dan mengambil foto-foto di Museum. Langsung saya hampiri dan bertanya, apakah dari Nganjuk?. Dia menjawab iya. Kebetulan yang diridhoi nih…. Jadilah tanya jawab sebentar, dan dia memang beneran suami si teman. Langsung tak foto Candid lalu kirim. Teman saya yang notabene istrinya balas sambil kasih emot ngakak.
Dari sini, saya jadi makin bersyukur. Selain mendapatkan banyak teman dan sahabat baru. Silaturahmi ini mendekatkan dengan teman-teman lama yang gak pernah bertemu. Gak bisa dengan orangnya langsung, bisa bertemu dengan anggota keluarganya juga merupakan keberkahan luar biasa.
Baca juga : Perjalanan komunikasi dengan teman lama
2. Petualangan baru
Salah satu target dan impian saya selama ini adalah menjejaki banyak bumi Allah secara langsung. Karena tidak bisa pergi ke pelosok dunia, bisa menjejaki seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur saja sudah menjadi kebahagiaan tersendiri. Saya belum pernah ke Bondowoso, jadi kegiatan Kemah Literasi FLP Jatim ini dapat menjadi jalan pencapaian target dan impian saya setelah di Bulan November 2022 ke Candi Tulungagung.
Perjalanan ke Bondowoso menjadi ajang petualangan baru saya. Ini pertama kalinya saya naik kereta Antar Kota yang pesannya online dan tiketnya harus cetak secara mandiri. Selama ini, saya terbiasa naik kereta api Lokal yang tiketnya berupa barcode. Untungnya ada mbk Hiday dari Tuban yang menjadi teman perjalanan berkereta dan memberi contoh tata cara pencetakan tiket. Saya jadi pede dan gak takut salah langkah.
Sepanjang perjalanan saya menikmati petualangan ini. Sengaja pilih kursi di dekat jendela supaya bisa melihat pemandangan di luar dengan leluasa. Berbagai nama stasiun yang dijadikan pemberhentian, memberikan diksi baru di ingatan. Karena baru pertama kali mendengar nama-nama stasiunnya, jadi terasa aneh saja. Untungnya ada bagan/peta nama stasiun yang tertempel di dinding gerbong, sehingga memudahkan dalam pengucapan dan merasuk dalam ingatan. Nanti jika melakukan perjalanan dengan kereta yang sama sudah agak hafal.
Petualangan baru masih berlanjut di Bondowoso. Ketika malam hari ada waktu luang di sela-sela acara, saya bersama dengan teman-teman baru FLP berkeliling di Alun-alun Bondowoso. Ada 9 teman yang menjadi teman perjalanan melihat dari dekat aktivitas kawasan Alun-alun. Ternyata, disana ada semacam pasar malam dan wisata kuliner. Berhubung, perut kekenyangan, jadinya saya gak beli apa-apa. Hanya sekedar melihat-lihat saja.
Di penghujung acara Silwil FLP Jatim, ada agenda berkeliling kota menuju Stasiun Bondowoso menggunakan kereta kelinci. Ini juga merupakan pengalaman sekaligus petualangan baru bagi saya. Selama ini gak pernah menikmati naik kereta kelinci untuk diri sendiri. Biasanya hanya melihat keretanya lewat saja. Mau naik di areal tempat tinggal juga merasa malu, kebanyakan yang naik adalah anak-anak. Belum lagi entar di sapa banyak orang di sepanjang jalan. Jadi gak leluasa banget.
Di Bondowoso, saya jadi bebas dan menikmati naik kereta kelinci. Ada banyak orang seumuran juga yang naik. Disamping itu jadi agenda resmi. Mangkanya banyak yang happy. Terimakasih buat panitia yang sudah menyediakan petualangan luar biasa ini.
3. Semangat Baru
Kemah Literasi FLP Jatim menghadirkan bunda Sinta Yudisia sebagai narasumber. Beliau ini adalah salah seorang penulis best seller yang juga dewan penasehat FLP Jatim. Karya-karyanya di bidang literasi lumayan banyak sehingga patut dijadikan inspirasi kepenulisan.
Materi-materi yang disampaikan oleh Bunda Sinta menggugah semangat baru saya dalam hal kepenulisan. Akhir-akhir ini sudah malas sekali menulis. Ada rasa keengganan, saat memulai sebuah kepenulisan. Padahal ada banyak ide yang berseliweran di kepala, tapi untuk eksekusinya selalu entar-entar saja. Setelah dari kemah Literasi, langsung semangat menyelesaikan artikel yang sudah lama mengendap. Salah satunya adalah Artikel evaluasi Blog Coretan Dari Desa Tahun 2022
Kehadiran adik-adik dari FLP Ranting Sumenep, juga memberikan sentilan motivasi tersendiri. Mereka yang ada di Pondok pesantren dan memiliki keterbatasan dalam akses gadget, bisa lho menghasilkan berbagai karya yang menggelegar. Usia mereka juga masih muda, beberapa bahkan belum punya KTP tapi karyanya sudah melampaui daya imajinasi saya. Mereka saja bisa, masak saya tidak?. Ini jadi pe-er pribadi buat motivasi diri.
4. Pengetahuan Baru
Dimanapun tempatnya, belajar tidak ada batasnya. Momen Kemeh Literasi Awal Januari 2023 ini memberikan banyak pemahaman dan pengetahuan baru bagi saya pribadi. Bukan hanya pemahaman terhadap watak-watak manusia yang beragam meskipun dalam naungan komunitas yang sama. Namun juga pengetahuan sejarah dan bentuk kegiatan asyik namun bermakna bisa saya dapatkan.
Dalam penutupan Kemah Literasi, peserta diajak untuk berwisata ke Stasiun Bondowoso yang sekarang sudah berubah fungsi menjadi Museum Kereta Api. Disini pengetahuan saya tentang perkeretaapian makin bertambah. Ada Bapak Kepala Stasiun (Kepala Museum) yang memberikan banyak informasi – informasi terkait perkeretaapian zaman dulu hingga sekarang. Jika ada kesempatan, saya akan menulis bagian wisata Museum Kereta Api dalam postingan tersendiri di Blog Coretan Dari Desa ini.
Sejarah Bondowoso dalam pergerakan Nasional melawan Belanda juga sedikit terungkap dalam jelajah Museum. Ternyata Bondowoso juga memiliki sejarah yang hebat dalam perlawanan terhadap Belanda. Hanya saja tidak pernah terungkap secara jelas seperti sejarah di Kota lainnya. Yang paling mencolok hanya ada pada Sejarah Gerbong Maut. Selain itu masih banyak yang tertimbun sejarahnya.
Mengenai konsep acara, saya jadi bisa belajar juga dari Acara Kemah Literasi FLP Jawa Timur. Meskipun namanya kemah literasi, namun tidak melulu menggunakan tenda, bisa di lakukan di gedung atau ruang kelas. Nanti tidur/kemahnya bareng-bareng dalam satu ruang. Konsep kebersamaan tetap terjaga tanpa perlu takut kepanasan, kedinginan maupun kehujanan.
Di rentetan acara, juga bisa diselipkan acara wisata. Biar bisa fress dan happy.
5. Antologi Buku Baru
Gak rugi ikut Kemah Literasi FLP Jawa Timur. Semua peserta yang notabenenya adalah penulis diminta untuk menuliskan memoar acara menurut versi masing-masing. Hasil tulisannya dikumpulkan dan dijadikan buku Antologi. Ada batas Deadline pengumpulan sehingga pembuatan bukunya tidak molor.
Rasanya sudah lama sekali saya tidak ikut dalam pengumpulan Antologi. Terakhir mungkin tahun 2018. Hasil Corat Coret saya selama ini lebih sering dituangkan dalam Blog, sehingga gak sempat ikut proyek Antalogi.
Kesempatan bikin Antalogi baru tentunya sayang untuk dilewatkan. Apalagi pesertanya juga merupakan penulis-penulis handal. Meskipun harus berjibaku dengan waktu dan mengumpulkan 30 menit sebelum batas Deadline habis, akhirnya saya bisa ikut menyetorkan hasil karya. Tahun ini saya punya Antologi buku baru.
Sebenarnya yang menghambat itu bukan ide apa yang dituliskan. Tapi memangkas berbagai hal yang dituliskan itu yang bikin berat. Batas maksimal tulisan hanya 700 kata, sedangkan draf saya sudah melebihi 1000 kata. Ada rasa sayang buat menghapus ide yang ada di tulisan. Namun gimana lagi, pengaturannya demikian sehingga harus mengikuti saja.
Disamping setoran tulisan, ada juga kompetisi postingan Instagram keseruan acara. Ini nih video Reels versi saya.
Lihat postingan ini di Instagram
Penutup
Pokoknya Acara kemah Literasi FLP Jawa Timur kemarin banyak manfaatnya bagi saya. Biaya yang dikeluarkan sebanding dengan hasil yang didapatkan. Tabungan buat konten video dan tulisan juga bertambah. Next time jika ada acara seperti ini lagi, semoga ada rejeki dan waktu buat mengikuti.