Tak pernah terpikirkan sebelumnya, kalau saya akan mengunjungi Tulungagung untuk kedua kalinya. Apalagi waktunya juga cukup lama. Sampai 6 hari. Tour Tulungagung ini menjadi ajang bepergian saya terlama kedua setelah petualangan di Bali tahun 2017 yang lalu. Touring kali ini masih meninggalkan banyak pengalaman berkesan yang pelan-pelan ingin saya bagikan.
Masih teringat, sebelumnya saya ke ke Tulungagung itu pada Tahun 2012. Waktu itu masih kerja di Malang dan naik kereta api ke Tulungagung untuk mengunjungi istrinya sepupu yang berdomisili di sana. Kunjungannya hanya 2 hari saja. Itupun tidak sempat kemana-mana. Hanya berkeliling di desa sana saja.
Pertengahan Bulan November kemarin, tepatnya di tanggal 15 hingga 16 November saya berkesempatan untuk kembali ke Tulungagung. Kali ini tujuannya adalah mengikuti Travel Video Competition yang diadakan oleh Tulungagung All Star bersama Pemkab Tulungagung.
Ada banyak destinasi wisata yang saya kunjungi bersama rombongan peserta Travel Video Competition. Mulai wisata sejarah, wisata alam, hingga wisata kuliner. Pada postingan kali ini saya akan membagikan destinasi sejarah berupa Candi-candi peninggalan masa lalu yang ada di Kabupaten Tulungagung. Ternyata di Kabupaten Tulungagung terdapat banyak sekali Candi-candi yang menjadi bukti sejarah keberadaan Tulungagung di masa lalu.
Berikut ini adalah candi-candi yang sudah saya kunjungi di Tulungagung :
1. Candi Sanggrahan
Candi Sanggrahan menjadi candi pertama di Kabupaten Tulungagung yang saya kunjungi. Candi ini terletak di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Akses jalan ke arah Candi tergolong mudah, dan tempatnya lumayan luas.
Berdasarkan penuturan dari juru kunci setempat, Candi Sanggrahan adalah salah satu peninggalan kerajaan Majapahit. Pembangunan awal diperkirakan pada tahun 1350 Masehi pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Dibangun sebagai tempat peristirahatan bagi pembawa jenazah wanita bernama Gayatri. Jenazah tersebut dibawa dari Keraton Majapahit dan nantinya dilakukan pembakaran di Boyolangu (Candi Gayatri saat ini).
Candi Sanggrahan terdiri dari 1 bangunan induk dan dua bangunan kecil yang sekarang hampir gak terlihat karena hanya tersisa bagian bawahnya saja. Bangunan induk terdiri atas 4 tingkat yang berbentuk bujur sangkar menghadap arah barat. Ada undakan batu untuk menuju area candi sehingga terpisah dari bangunan lainnya. Undakan ini setinggi 2 meter dan difungsikan sebagai pagar panahan.
Di kaki Candi Sanggrahan terdapat relief berupa gambar berbagai hewan, seperti serigala dan singa. Ada juga relief tumbuhan berupa sulur-sulur. Relief tersebut dibuat dalam kotak-kotak persegi di bagian badan candi.
2. Candi Boyolangu atau Candi Gayatri
Setelah dari Candi Sanggrahan, jujugan selanjutnya adalah Candi Gayatri. Candi yang memiliki nama lain Candi Boyolangu ini terletak di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Jaraknya lumayan dekat dengan Candi Sanggrahan, karena hanya memerlukan waktu sekitar 10 sd 15 menit mengendarai mobil. Candi Gayatri letaknya di tengah-tengah pemukiman penduduk.
Berdasarkan penuturan juru kunci, Candi Gayatri dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit sekitar abad 14. Disebut dengan Candi Gayatri karena memiliki kaitan erat dengan Rajapatni Dyah Gayatri salah satu permaisuri Raden Wijaya. Banyak yang menyebutkan bahwa candi ini menjadi penyimpanan abu jenazah dari Gayatri.
Jika berkunjung kesini, bentuk asli dari bangunan candi sudah tidak terlihat. Hal itu karena saat ditemukan kembali di tahun 1914, bangunannya tertimbun tanah. Namun demikian, pemerintah sudah berupaya untuk menggali candi dan menatanya sesuai struktur bangunan yang diketemukan.
Candi Boyolangu terdiri atas 3 bangunan. Satu bangunan induk dan dua bangunan kecil di kanan kirinya. Bangunan induk terdiri dari dua teras berundak berbentuk bujur sangkar dengan ketinggian sekitar 2,3 M. Di tengah bangunannya ada arca tanpa kepala yang berukuran cukup besar.
Waktu kesini, rombongan saya disuguhi oleh tarian Kontemporer Gayatri. Ditengah gerimis, penari menampilkan tarian yang lemah gemulai diiringi oleh 2 alat musik. Karena sat itu gerimis dan hujan deras, akhirnya tidak bisa mengeksplore areal candi dengan leluasa.
3. Candi Urung
Dalam bahasa Jawa, Urung atau Wurung itu artinya batal atau tidak jadi. Konon penamaan ini karena peristiwa di masa lampau yang ceritanya hampir mirip dengan cerita Sangkuriang atau asal usul Candi Prambanan. Dimana ada seorang laki-laki sakti yang ingin melamar seorang putri. Supaya lamaran diterima, sang putri memberi syarat harus membangun sebuah candi dalam waktu semalam dan harus selesai sebelum matahari pagi.
Ketika sang laki-laki hampir menyelesaikan pembangunan candinya, sang putri cemas dan mencari akal untuk menggagalkan persyaratannya. Putri itu kemudian mengumpulkan para wanita di desa Kedungjalin dan meminta untuk membunyikan lesung bersama-sama. Karena lesung sudah berbunyi, ayam-ayam pun berkokok dan sang laki-laki mengira hari sudah pagi
Karena terkejut dan marah, laki-laki sakti tersebut meruntuhkan candi yang belum selesai dibuat. Pada akhirnya candinya hanya berupa reruntuhan saja. Tidak ada bentuk aslinya. Masyarakat setempat menyebut reruntuhan candinya sebagai Candi Urung atau Candi Wurung.
Sebagai penanda kalau disini adalah bangunan candi, sekarang batu-batuan yang runtuh itu disusun menyerupai stupa. Meskipun terlihat berantakan karena disusun begitu saja, tapi setidaknya bagi yang tidak pernah tahu jadi mengerti kalau di lokasi tersebut pernah ada sebuah candi.
Untuk menuju lokasi candinya lumayan membutuhkan perjuangan. Letaknya di perbukitan yang tidak bisa dilewati oleh kendaraan bermotor sehingga harus jalan kaki kurang lebih 30 menit. Berada di areal pegunungan Walikukun dan dibawah naungan RPH Kalidawir. Jangan kaget jika ada banyak tanjakan untuk sampai disana.
Pemandangan di areal Candi Urung sangat-sangat indah sekali. Jadi kalau sudah sampai tidak akan ada penyesalan sama sekali. Hamparan hijau tumbuhan dipadukan dengan birunya langit amat membuai pemandangan. Saya bisa melihat sudut-sudut Tulungagung dari ketinggian dengan leluasa. Dari sini bisa melihat Penciptaan Allah yang indah secara langsung.
4. Candi Dadi
Dadi artinya Jadi. Terletak di Dusun Mojo Desa Wajak Kidul Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung, Candi Dadi di Tulungagung disebut sebagai peninggalan kerajaan Majapahit sekitar akhir abad XIV hingga akhir abad XV. Candi ini bercorak Hindu Budha dan konon digunakan untuk mengasingkan diri dari kerajaan.
Bentuk asli dari Candi Dadi sangat terjaga dari dulu hingga sekarang. Berbeda dengan candi lainnya yang sudah mengalami pemugaran sana sini, Candi Dadi sama sekali tidak mengalami pemugaran. Mungkin karena letaknya yang berada di ketinggian sehingga tidak ada tangan-tangan jahil yang berkesempatan merusaknya.
Karena akses Candi Dadi yang lumayan sulit, sebaiknya jika ingin Touring kesini menyiapkan diri dengan sebaik mungkin. Yang memiliki riwayat penyakit rematik atau bermasalah dengan kesehatan, sebaiknya tidak naik ke Candi ini. Untuk kesana harus jalan kaki sekitar 45 menit dengan medan yang lumayan menantang. Ada jurang di kanan kiri dan jalannya penuh dengan tanjakan.
Saya kesana bersama rombongan berangkat pukul setengah 4 pagi karena ingin melihat moment matahari terbit di atas areal candi. Meskipun jalan licin bekas hujan, Alhamdulillah bisa mencapai puncak dengan selamat. Ada rasa bangga luar biasa saat sudah sampai di sana.
Candi Dadi adalah candi tunggal yang tidak memiliki tangga masuk. Tidak ada hiasan atau arca disana. Denahnya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang 14X14 dan tinggi 6,5 meter. Terdapat semacam lubang persis di tengah-tengah Candi menyerupai sumur. Butuh kamera Drone untuk melihat secara langsung lubang tengahnya karena sekarang sudah tidak ada tangga untuk naik untuk menjaga keaslian Candi. Tapi kalau sekedar berkeling di kaki Candi masih bisa leluasa.
5. Candi Penampihan
Candi terakhir yang saya kunjungi saat di Tulungagung adalah Candi Penampihan. Candi ini terletak di Desa Geger, Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dan berada di kaki gunung Wilis. Untuk sampai ke lokasi candi ya bisa menggunakan kendaraan bermotor, namun jalannya menanjak dan menyerupai huruf S karena berada di daerah ketinggian.
Di sekitar Candi terdapat pemandangan eksotis kebun teh. Saat pagi atau sore hari, terlihat kabut tebal yang menyelimuti area candi. Hawanya yang dingin membuat air disana serasa air es. Sebaiknya kalau kesini pada siang hari saja supaya lebih hangat. Panorama sekitarnya yang indah tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Berdasarkan bentuk fisiknya, Candi Penampihan dikategorikan sebagai candi bercorak Hindu dan digunakan untuk memuja Dewa Siwa, yakni seorang dewa dalam mitologi Hindu yang termasuk Dewa Trimurti. Berdasarkan penuturan Juru Kunci, Candi Penampihan dibangun pada masa Kerajaan Singasari sekitar 898 M. Lokasi Candi yang berundak teras menjadi bukti tentang berlangsungnya kebudayaan megalitik di Tulungagung.
Ahli Sejarah menyatakan Candi Penampihan didirikan dengan memanfaatkan sisa punden berundak pada masa prasejarah. Atau dengan kata lain, bangunan candi ditumpangkan di atas punden berundak sisa peradaban masa lampau. Candinya berbentuk seperti kura-kura yang bagian kepalanya sekarang diamankan di Museum Tulungagung.
Di sekitar Candi diketemukan Prasasti Penampihan atau nama lainnya prasasti Sarwadharma. Prasasti yang berangka tahun 1191 Saka atau tepatnya pada tanggal 31 Oktober 1269 tersebut dipahatkan diatas tujuh lempengan dan berisi pembagian kasta dalam kelompok-kelompok masyarakat.
Selain disebut sebagai Candi Penampihan, candi ini dikenal dengan nama Candi Asmarabangun. Dinamakan demikian karena dalam versi cerita rakyat pembangunannya dikaitkan dengan tokoh yang tengah dilanda asmara.
Persiapan Tour Candi-Candi di Tulungagung selanjutnya
Selain 5 Candi diatas, di Tulungagung masih terdapat beberapa candi lainnya. Seperti: Candi Mirigambar, Candi Ampel, Candi Tritis, Candi Buto dan Candi Gemali. Waktu sehari tidak cukup untuk berkeliling ke semua candi-candi tersebut. Mangkanya harus mencari penginapan terdekat atau hotel terdekat supaya kebugaran fisik terjaga.
Saya kemarin ikutan acaranya Tulungagung All Star sehingga masalah penginapan diurus oleh mereka. Tempat menginapnya juga berpindah-pindah. Kebanyakan di lokasi terakhir tournya. 2 kali menginap di ruangan tertutup (hotel dan camp), 3 kali menginap ala camping.
Jika nantinya pergi ke sana lagi, atau pembaca Coretan Dari Desa berencana untuk Touring Candi di Tulungagung, masalah penginapan ini mesti dipikirkan dengan seksama karena berkaitan erat dengan keseinambungan tubuh. Di Tulungagung tidak ada apartemen seperti di Surabaya. Jika tubuh mendapatkan istirahat yang cukup dan berkualitas, touringnya jadi lancar jaya
Ini merupakan rekomendasi tempat-tempat bersejarah di Tulungagung. Ternyata banyak candi-candi yang menguak kisah masa lalu di Tulungagung.
Saya sendiri kalau gak kesana gak bakalan tau kalau ada candi-candi bersejarah di Tulungagung
Saya sendiri kalau gak kesana gak bakalan tau kalau ada candi-candi bersejarah di Tulungagung
ternyata banyak juga candi di Tulungagung. Selama ini nggak terpikir untuk jalan-jalan ke Tulungagung
Dan nama-nama list candi di atas masih asing buatku mbak
jadi nambah ilmu baru lagi nih
pengen ke Candi Gayatri, udah masuk wish list aku 😀
Kalau kesana kabar-kabar ya, mau ikutan lagi
Petualangan ke Candi-candi di Tulungagung yang mengesankan. Beda banget dari candi yang sudah tersohor di wilayah Jawa lainnya. Candi Penampihan sih yang agak beda buatku, atmosfernya beda gitu sama candi-candi lainnya.
Mungkin karena kesananya sandeolo atau setelah ashar sebelum maghrib jadi auranya lain dari candi biasanya.