Kedua Kalinya ke Madura

Sepanjang nafas berhembus, tercatat baru dua kali ini aku pergi ke tanah Madura. Perjalanan pertama sekitar tahun 2016, saat itu masih awam sekali dalam hal tulis menulis. Melintasi Jembatan Suramadu yang begitu megah dan berkesempatan menikmati pesona pulau ini dari dekat. Kenangan itu masih terasa hangat hingga kini.

Jembatan Suramadu

Karena kala itu bersama dengan teman-teman Blogger buat mengikuti sebuah acara menjelajahi Madura. Keinginan buat jadi penulis profesional meluap. Aku jadi terinspirasi dan termotivasi untuk mengembangkan pasionku. Perjalanan awal ke Madura Itu menjadi titik awalku menjadi Content Writer dan Blogger. Ini nih ceritanya : Along Polong Bersama Blogger Madura

Perjalanan kedua melewati tanah Madura, baru aku lakukan kembali pada 18 hingga 19 Februari 2025 kemarin. Kali ini, berangkatnya masih dalam lingkaran para penulis. Tepatnya untuk menghadiri Silaturahmi Wilayah Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Timur di Pamekasan.

Sedari awal perencanaan kegiatan, aku sudah antusias buat ikutan. Aku selalu percaya bahwa tanah Madura menyimpan aroma yang khas. Yang membuat ukuran pengalaman baru yang lebih berarti. Tahun sebelumnya aku sudah ikut Silaturahmi Wilayah FLP Jatim di Bondowoso. Kesannya sungguh luar biasa biasa. Kali ini pastinya banyak hal tak biasa yang bisa didapatkan.

Menuju Pamekasan, Melintasi Suramadu

Perjalanan dimulai dari rumah di Lamongan pada pagi hari. Pukul 05.30, aku meninggalkan rumah menuju Terminal Bungurasih, tempat rombongan berkumpul. Perjalanan bus yang memakan waktu sekitar satu setengah jam membawaku tiba di sana menjelang pukul tujuh pagi.

Suasana Bungurasih saat itu sudah ramai dengan wajah-wajah penuh semangat. Teman-teman dari berbagai daerah seperti Magetan, Nganjuk, Mojokerto, Jombang, Surabaya, hingga Sidoarjo telah berkumpul di titik yang ditentukan. Kayaknya mereka cuma nungguin aku saja nih.

Dua mobil disiapkan untuk perjalanan menuju Pamekasan. Mobil pertama dikemudikan oleh Bu Novi, Ketua Wilayah FLP Jawa Timur yang hangat dan tegas. Mobil kedua disetir oleh Mas Fathan, sosok ceria yang selalu mampu mencairkan suasana. Saya mendapat tempat di mobil kedua, bersama beberapa teman yang tak kalah antusiasnya. Perencanaan bepergian sudah saya tulis sebelumnya dengan judul : Rencana Perjalanan Dengan Rental Mobil

Perjalanan dari Surabaya ke Pamekasan diperkirakan memakan waktu sekitar empat jam. Namun, rasa lelah terhapus oleh canda, cerita, dan diskusi sepanjang perjalanan. Kami berbincang tentang banyak hal: kisah-kisah mistis di sekitar Suramadu, pengalaman-pengalaman unik di Surabaya, hingga obrolan ringan yang sering kali diselingi tawa.

Saat mobil melintasi Jembatan Suramadu, kamera handphone langsung menyala. Mengabadikan perjalanan saat melintasi jembatan terbesar di Jawa Timur ini seolah menjadi hal wajib yang harus dilakukan. Maklum jarang-jarang melewatinya, sehingga menjadi momen yang sangat langka. Lumayan bisa buat konten juga.

Pemandangan laut yang terbentang luas, berpadu dengan angin sepoi yang masuk melalui celah jendela, seolah membawa ingatan saya kembali ke perjalanan pertama ke Madura dulu. Namun, kali ini terasa berbeda. Ada nuansa kehangatan dan kebersamaan yang lebih kuat, seperti menemukan keluarga baru di FLP.

Tanpa terasa, empat jam perjalanan berlalu begitu cepat. Obrolan yang tak pernah putus membuat waktu seolah melayang. Ketika akhirnya kami tiba di Pamekasan, hati saya dipenuhi rasa syukur dan harapan. Perjalanan ini bukan hanya tentang jarak yang ditempuh, melainkan juga tentang kebersamaan yang terjalin di setiap langkahnya.

Masjid Agung dan Alun-Alun Pamekasan

Alun alun masjid madura

Sesampainya di Pamekasan, tempat pertama yang rombonganku tuju adalah Masjid Agung Asy Syuhada Pamekasan. Masjidnya berada di tengah kota dan cukup dekat dengan lokasi acara. Di depannya ada Alun-Alun Pamekasan yang bisa dijadikan objek cuci mata juga.

Karena waktu Dhuhur belum tiba, aku dan beberapa teman istirahat sejenak di dalam masjid. Sekedar meluruskan punggung yang lumayan penat setelah perjalanan panjang. Ketika Adzan Dhuhur berkumandang, segera bangun dan ikut sholat berjamaah disana.

Sambari menunggu rombongan lain yang baru sampai. Aku dan beberapa teman memutuskan untuk masuk ke Alun-Alun Pamekasan. Disana langsung masuk berjalan berkeliling dari ujung ke ujung. Langkahku santai, menikmati suasana siang yang sedikit mendung.

Di tengah Alun-Alun, aku berhenti sejenak untuk berfoto. Dari posisi ini, Masjid Agung Asy-Syuhada terlihat jelas di latar belakang, berdampingan dengan ikon khas Alun-Alun Pamekasan. Hasil fotonya cukup memuaskan, mengabadikan momen singkat di tempat ini jadi pengalaman tersendiri.

Kurang dari 30 menit, aku dan teman-teman sudah selesai berkeliling. Di luar area alun-alun, terlihat sentra kuliner yang menjual berbagai makanan khas Madura. Awalnya, aku ingin membeli beberapa camilan yang belum pernah aku lihat di tempat lain, tapi perut yang masih kenyang membuatku mengurungkan niat untuk membeli. Takut mubazir gak kemakan. Nanti kalau ketemu makanan sejenis, baru deh membeli.

Alun-Alun Pamekasan memang sederhana, tapi punya daya tarik tersendiri yang membuat kunjungan ini terasa menyenangkan.

Pembukaan di Pendopo Budaya

Perjalanan Silaturahmi Wilayah FLP Jatim dimulai dengan khidmat di Pendopo Budaya, yang juga dikenal sebagai Kantor Wakil Bupati Pamekasan. Tempat ini menjadi saksi pertemuan kembali anggota FLP dari berbagai daerah di Jawa Timur. Salam dan sapaan hangat mewarnai kebersamaan ini. Aku yang termasuk anggota baru dan tidak kenal semua, ikut terbawa suasana. Ikut say hello juga…

Silatwil FLP Jatim

Acara dibuka dengan penampilan memukau dari salah satu anggota ranting Pamekasan. Tanpa menggunakan mikrofon, suaranya menggelegar, menyita perhatian, dan memukau peserta yang hadir. Setelah itu, suasana semakin syahdu dengan pembacaan puisi dari perwakilan Cabang Pasuruan.

Para peserta kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat. Suasana semakin hangat dengan sambutan-sambutan dari berbagai pihak yang berperan dalam terselenggaranya acara ini.

Panitia menunjukkan kesiapan dan ketangkasan dalam mengatur jalannya acara. Semua berlangsung tertib dan penuh semangat kebersamaan.

Salah satu sesi yang paling ditunggu adalah pembahasan buku Nona Jepun karya Bunda Sinta Yudisia. Seorang dosen dari Pamekasan hadir sebagai penanggap, membedah isi buku dengan menarik. Peserta diajak menggali lebih dalam trik-trik kepenulisan yang terkandung dalam karya tersebut. Diskusi berlangsung dinamis, memperkaya wawasan serta memberi inspirasi bagi para penulis yang hadir.

Sarasehan Budaya di Kafe Pinggir Pantai, Menyulam Ide dalam Syahdu Senja

Perjalanan Silaturahmi FLP Jatim berlanjut dengan suasana yang lebih santai dan inspiratif. Kali ini, peserta diajak menikmati malam di sebuah kafe pinggir pantai. Tidak sekadar makan malam, tetapi juga berdiskusi hangat dengan para seniman dan penulis dari Pamekasan.

Acara berlangsung di Deefyu Cafe & Resto, mulai pukul 17.00 WIB hingga 21.00 WIB. Langit senja yang bergradasi jingga, berpadu dengan debur ombak, menciptakan atmosfer yang begitu syahdu. Dalam suasana seperti ini, rasanya ide-ide berlompatan liar di kepala, siap dituangkan dalam tulisan.

Malam itu, Sarasehan Budaya menjadi agenda utama. Bersama Muna Masyari, seorang sastrawan yang telah melahirkan banyak karya inspiratif, serta seorang budayawan Pamekasan yang namanya sayangnya saya lupa, diskusi mengalir dengan hangat. Mereka berbagi pandangan tentang budaya, sastra, dan proses kreatif dalam menulis.

Percakapan tidak hanya sebatas teori, tetapi juga menyentuh pengalaman pribadi dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap karya. Para peserta begitu antusias, menyimak setiap kisah dan wawasan yang dibagikan.

Malam pun semakin larut, tetapi semangat literasi terus menyala. Di antara hembusan angin laut dan gemerlap lampu kafe, ide-ide baru lahir, mengukuhkan bahwa sastra bukan hanya tentang kata-kata, melainkan juga tentang jiwa yang terus bergerak mencari makna.

Hujan gerimis yang mewarnai malam itu tidak menyurutkan langkah merajut makna. Peserta hanya geser tempat sedikit menghindari basah. Selebihnya diskusi terus mengalir.

Penginapan Sederhana Tetap Bermakna

Setelah Sarasehan Budaya berakhir, panitia mengarahkan peserta menuju penginapan. Bukan penginapan biasa, melainkan sebuah gedung sekolah yang disulap menjadi tempat bermalam bersama.

Aku tidak keberatan. Sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Yang penting, bisa tidur nyenyak agar esok tetap bersemangat.

Cerita hari pertama cukup sampai di sini. Untuk pengalaman hari kedua, aku akan menuliskannya di tempat lain. Tulisan ini sudah cukup panjang.

Masih banyak hal yang ingin kuceritakan. Kuliah subuh yang penuh wawasan, perjalanan menegangkan ke Puncak Ratu, hingga lezatnya kuliner di Bebek Sinjai. Semua itu akan kuceritakan nanti di blog Coretan Dari Desa ini.

Munasya

Blogger, Writer and Teacher Contact Person : email : sy4r0h@gmail.com Twitter : @Munasyaroh_fadh IG. : @Muns_Fadh

6 komentar di “Kedua Kalinya ke Madura

  1. Waah seru yaa. Kemarin aku nggak ikut pas ke Pamekasan ini. Tapi tahun 2023 lalu aku udah sempet ke Pamekasan pas masih jadi pengurus FLP Jatim hehe.. yang bagus itu Wisata Puncak Ratu-nya. MasyaAllah.

  2. Wah sangat asyik ya bisa ngumpul dan diskusi bareng teman2 FLP. Insya Allah berkah. Alhamdulillah, sy sudah dua kali ke Pamekasan. Untuk sebuah pekerjaan.

  3. Pengalamanan perjalanan yang mengesankan kak. Apalagi ada kegiatan sarasehan budaya yang tentu menambah pengalaman dan wawasan. Ditungggu kisah perjalanan ke tempat lainnya kak. salam

  4. Senang nya busa mengabadikan moment perjalanan dgn FLPers. Saya juga pernah ikut event serupa di pulau sumatera, kala itu ke pekan baru dan Padang. Cuma karena satu dn lain hal, perjalanan tak sempat ditulis. Sayang sekali. Selamat ya kak, sudah berhasil merekam semua dgn apik dalam beragam tulisan 😊

  5. Baru satu kali melintasi Suramadu dengan tujuan Bebek SInjay Bangkalan. Saat itu yang terlintas dalam pikiran adalah ceklis satu untuk rencana wisata selama berada di Surabaya. Hari berikutnya mau ke daerah lain di Madura gak ada teman buat rental mobil bareng. Mau naik angkot tapi ga tahu dan kayaknya gak ada angkot ke sana. Ya sampai di Bangkalan saja deh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!