Melipir ke kampung Coklat Blitar menjadi salah satu agenda perjalanan saya di akhir Bulan Oktober kemarin. Setelah 3 bulan sebelumnya menjadi panitia inti tour ke Pasuruan, destinasi wisata kampung coklat menjadi warna tersendiri sekaligus hiburan bagi saya. Bersama rombongan dari para kader kesehatan Desa, saya diajak menikmati sisi lain dari Kabupaten Blitar melalui Kampung Coklat ini.
Saat pertama kali mendengar mengenai Kampung Coklat Blitar, bayangan yang muncul adalah suasana perkebunan di alam terbuka atau perkampungan penduduk yang penuh dengan pernak pernik coklat. Sebelum pergi ke tempat ini saya memang sengaja tidak mencari informasi apapun mengenai kampung coklat supaya ada unsur penasaran dan kejutan di dalamnya. Namun keputusan tersebut ternyata salah, apa yang saya pikirkan tentang kampung ini berbeda jauh dengan apa yang saya temui di depan mata.
Saya jadi salah kostum juga. Sempet menyiapkan topi karena menganggap tempat ini panas dan berada di alam terbuka, tapi ternyata anggapan itu salah. Tempat ini tidak mirip kampung sama sekali, lebih mirip mall yang terkesan adem dengan atap penutup di bagian atas.
Baca juga : Berwisata ke Kampung Jodipan Malang Yang Penuh Warna
Kesan pertama ketika tiba di kawasan Kampung Coklat adalah perasaan aneh.
Apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri, Kampung Coklat memiliki keuinikan tersendiri dan pengelolaannya benar-benar profesional.
Untuk tempat parkir, pengelola sudah bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat dapat di parkirkan di rumah-rumah penduduk sekitar yang membuka jasa parkir. Ada banyak pilihan tempat parkir yang disediakan. Bis besar juga bisa diparkirkan di tempat-tempat tersebut.
Menurut saya, kampung coklat itu bukan tempat wisata yang bisa memanjakan mata atau tempat pamer foto di sosial media. Kampung Coklat Blitar menurut saya lebih pada tempat kongkow-kongkow atau kumpul kumpul bersama keluarga, teman-teman dan para kenalan. Kampung Coklat bisa juga dijadikan jujugan tempat belanja segala pernak-pernik makanan yang berbau coklat. Yang mau belajar tentang coklat dan pengelolaannya juga bisa datang ke Kampung Coklat ini. Tentunya dengan janjian atau reservasi dulu dengan pengelolanya.
Di bagian depan gerbang utama Kampung Coklat Blitar, saya harus melewati lorong berwarna Coklat yang menceritakan sejarah coklat yang dikemas dalam relief-relief artistik dan pigura-pigura cantik. Sayangnya lampunya tidak terlalu terang sehingga hasil jepretan smartphone saya tidak memuaskan.
Setelah melewati lorong ini, kita akan melihat gerbang “Welcome to Kampung Coklat” yang terpampang dengan jelas. Disini penerangannya cukup sehingga dapat digunakan untuk berfoto. Tempat pembelian karcis juga berada di bagian ini. Untuk memasuki Kampung Coklat, setiap pengunjung diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,00 per-orang. Cukup murah banget.
Memasuki kawasan didalam Kampung Coklat, saya disuguhi deretan meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa sehingga memberi suasana seperti di dalam foodcourt di sebuah mall. Disela-sela deretan meja kursi tersebut ada pohon-pohon coklat yang menghiasi. Intinya, para pengunjung disini dapat menikmati makanan dan minuman sambil menikmati rimbunnya pohon cokelat yang sedang berbuah lebat. Pohon coklatnya asli lho…. Bukan hanya sekedar pajangan. Pengunjung juga dapat berfoto bersama deretan buah coklat yang masih bergelantungan di pohonnya seperti saya ini.
Didalam area Kampung Coklat Blitar ada tempat khusus buat ibu menyusui, jadi privasi ibu menyusui bisa terjaga. Selain itu ada pula kolam refleksi ikan, panggung hiburan, tempat bermain anak dan ruang kelas untuk edukasi serta cooking class. Karena datang secara berombongan, saya tidak bisa menjelajah lebih mendetail fasilitas-fasilitas tersebut. Hanya melihat-lihat sambil lewat ajah. Mungkin lain kali bisa datang lagi dan mengulasnya lebih mendetail.
Mata saya sempat jelalatan mencari spot-spot foto yang instagramhable untuk dipasang di media sosial. Namun sayangnya tidak nemu yang diinginkan. Satu-satunya tempat yang instagramhable menurut saya di Kampung Coklat Blitar, hanya ditemui di sudut Gerai Coklat. Tempatnya artistik dan sedikit unik. Ada berbagai tulisan yang menawarkan. Tak heran kalau antrian fotonya juga banyak. Saya nyomot fotonya dari teman satu rombongan saja karena malas ngantri.
Mungkin kedepannya, pengelola bisa menambah fasilitas tempat foto yang instagramhable seperti tempat wisata lainnya. Mungkin ditambahi lukisan 3D, ikon patung dan sebagainya. Ikon wayang seperti ini juga bisa diperbanyak lagi.
Tak lengkap rasanya, kalau pergi ke suatu tempat tanpa membeli oleh-oleh. Di Kampung Coklat Blitar ada Galeri Coklat yang menjadi pusat oleh-olehnya. Segala makanan olahan dari coklat ada disini. Mulai dari aneka kue coklat, permen coklat, batangan coklat, bakpia coklat, wingko coklat hingga kripik pisang coklat. Pokoknya semua makanan tradisional Indonesia ada disini, dan tentu saja ada citarasa coklatnya. Di galeri coklat juga menyediakan berbagai kaos dan aneka souvenir khas kampung coklat seperti gantungan kunci, Pin, dan tas. Harganya variatif, mulai dari 5 ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah.
Bioskop mini yang menampilkan film pendek tentang sejarah dan jenis-jenis coklat juga terdapat di dalam galeri coklat ini. Tiket masuk bioskop hanya Rp. 5000,- saja. Durasinya sekitar 20 menit kalau gak salah baca.
Kampung Coklat Blitar berada di Jalan Banteng-Blorok No. 18 RT 01 RW 06 Desa Plosorejo, Kademangan, Blitar, Jawa Timur. Buka setiap hari Senin -sampI Minggu mulai pukul 07.30 – 16.00 WIB. Ayo…. Ada yang ingin melipir ke Kampung Coklat Blitar juga?? Bisa dishare pengalamannya.