Tahun lalu, saya berhasil mendampingi anak-anak di TBM Bintang Brilliant menerbitkan dua buku. Tahun ini, pengen menciptakan sejarah yang sama. Yakni menerbitkan buku Antologi. Mangkanya seusai perjalanan edukatif ke Mojokerto di akhir Februari kemarin, anak-anak saya minta menulis cerita perjalanan mereka.
Tulisan-tulisan dari anak akan dirangkai menjadi buku Antologi baru. Setelah anak-anak menulis dan menuangkan dalam cerita, tugas mengedit dan menyempurnakan cerita itu menjadi tanggung jawab saya.
Setiap hari, dalam bulan ini saya duduk berlama-lama di depan laptop. Menyunting ejaan, memperbaiki alur, mempercantik diksi, semuanya saya lakukan dengan penuh semangat. Namun, ada satu hal yang mulai saya rasakan: mata sepet, perih, dan cepat lelah.
Lhaa gimana lagi, tiap hari mata saya kerja bukan hanya saat mengedit tulisan, tapi juga harus standby saat membaca dan membalas pesan di WhatsApp, membagikan konten ke media sosial, dan mengecek berbagai notifikasi di Smartphone.
Ditambah lagi, saya sering berada di bawah kipas angin untuk mengusir panas. Sayangnya, udara kering seperti ini memperparah kondisi mata. Usia saya yang sudah tidak muda lagi, membuat mata juga lebih sensitif dan mudah lelah.
Mata Kering: Bukan Masalah Sepele
Awalnya saya kira ini hanya efek terlalu lama menatap layar. Tapi ternyata, saya mengalami gejala mata kering. Ini kondisi yang sering dianggap ringan, padahal bisa sangat mengganggu jika dibiarkan terus-menerus. Apalagi bagi saya, yang keseharianya tidak lepas dari membaca, mengetik, dan mengamati tampilan visual.
Dari browsing di berbagai situs kesehatan, saya jadi tahu kalau mata kering dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti:
- Fokus berlama-lama di depan layar, baik laptop maupun smartphone.
- Berkurangnya frekuensi berkedip, terutama saat sedang serius bekerja.
- Udara kering dari kipas atau AC, yang mempercepat penguapan air mata.
- Kurang tidur dan kelelahan, yang menurunkan kualitas produksi air mata alami.
- Faktor usia, yang memengaruhi kemampuan mata menjaga kelembapan.
Penjelasan diatas makin menguatkan pemahaman saya, kalau sudah timbul gejala #MataKeringJanganSepelein! Jika dibiarkan, bisa berdampak serius, seperti:
- Iritasi dan mata merah yang berkepanjangan.
- Rasa mengganjal seperti ada pasir saat berkedip.
- Penglihatan buram yang mengganggu aktivitas membaca dan mengetik.
- Produktivitas menurun karena mata mudah lelah.
Solusi/Cara Mengatasi Mata Kering Secara Efektif Tanpa Harus ke Dokter
Untungnya, saya menemukan solusi praktis yang sangat membantu: INSTO DRY EYES. Ini adalah tetes mata yang bekerja sebagai air mata buatan. Sejak pertama kali memakainya, saya langsung merasakan bedanya. Mata jadi lebih lembap dan nyaman, bahkan setelah berjam-jam menatap layar.
Isi botolnya hanya 7,5 ml—cukup kecil untuk dibawa ke mana-mana. Di tas saya, selalu ada satu botol yang siaga. Saat mata mulai terasa perih atau buram, saya cukup tetesin Insto Dry Eyes sebanyak 1–2 tetes.
Kandungan aktifnya yaitu:
- Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) – Zat pelumas yang meniru air mata alami.
- Benzalkonium Chloride – Pengawet dalam dosis aman yang menjaga kebersihan larutan.
Kemasannya baru, lebih segar, dan harganya sangat terjangkau: sekitar Rp12.000 – Rp17.000 saja. Bisa dibeli di apotek terdekat atau toko online terpercaya. Insto Dry Eyes bisa jadi solusi mengatasi mata kering secara ffektif tanpa harus ke Dokter.
Merawat Mata, Menjaga Asa Berkarya
Saya percaya bahwa setiap anak punya cerita yang layak dibagikan. Tugas saya sebagai editor bukan hanya menyempurnakan tulisan mereka, tapi juga memastikan karya mereka bisa menginspirasi lebih banyak pembaca.
Sebagai pegiat literasi dan edukasi di komunitas, mataku bukan sekadar alat melihat. Ia adalah jendela untuk membuat, melihat dan menciptakan banyak karya. Karena itu, saya percaya, menjaga kesehatan mata adalah bagian dari merawat semangat berkarya.
Maka dari itu kesehatan mata menjadi modal penting. Dengan #InstoDryEyes, saya bisa tetap produktif, mendampingi anak-anak menulis, menyusun buku, dan mempromosikan karya mereka ke dunia digital.
Jadi, kalau ada yang sering mengalami mata sepet, perih, atau lelah karena aktivitas digital, jangan anggap enteng. #MataKeringJanganSepelein. Berikan waktu istirahat untuk mata kita dan segera tetesin tetesin Insto Dry Eyes supaya mata tetap prima untuk terus merangkai Karya, mencipta asa.
Mata seperti senjata bagi penulis untuk merangkai kata. Tanpa mata, dunia gelap. Sulit menulis dengan leluasa. Oleh karena itu harus selalu dijaga ya.
Benar banget bahwa merawat dan menjaga kesehatan mata itu penting sekali.
Semangat buat antologinya Mbak. Jangan lupa jaga mata dan sedia insto dry eyes
Aktivitas literasi erat banget kaitannya sama mata, ya, Mbak, jadi kerasa banget keganggu kalau mata sedang nggak prima. Semoga para pejuang literasi sehat selalu.
Bener ya. Kelelahan juga bisa bikin mata kering dan bisa iritasi. Sebelum merah, tetesi insto dulu biar mata sehat.
Wau, ternyata faktor penyebab mata kering banyak yang kita ceklis ya. Pantes aja lah kena.
Semoga tahun ini juga segera terwujud lagi antologinya ya, Mbak. Sehat-sehat mata kita
kita memang terlalu sering menormalisasi kondisi mata kering. Pdhal gk bisa disepelekan ya kak. Makasih solusi nya kak.
Inspiratif sekali, Mbak. Mata memang harus terus dijaga kesehatannya biar aktivitas menulisnya bisa berjalan lancar ya. Semoga tercapai target membuat antologi tahun ini.