Setiap perjalanan pasti menyisakan berbagai cerita. Ada yang bikin senang, ada yang bikin susah. Semua dapat dijadikan pengalaman hidup. Di postingan Coretan Dari Desa kali ini saya mau menceritakan tentang perjalanan naik Pesawat Pelita Air dari Bandara Juanda Surabaya menuju Bandara Soekarno Hatta. Saya merasa cerita ini menarik dan patut dikenang karena ini pertama kalinya naik Pesawat Pelita Air dan perjalanannya sungguh mendebarkan.
Perjalanan naik pesawat memang sudah seringkali saya lakukan. Pertama kali tahun 2014. Akan tetapi perjalanan naik Pesawat Pelita Air baru pertama kali saya lakukan. Maskapai ini merupakan maskapai baru sehingga menuai rasa penasaran. Maskapai yang merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina ini dulunya fokus pada penyediaan transportasi pengangkutan bahan bakar minyak, jasa pengangkutan kargo, dan pesawat carteran. Baru pertengahan 2022 maskapai plat merah ini merambah ke pesawat komersial.
Perjalanan kali ini dimulai dengan harapan dan rasa antusiasme yang besar. Saya memilih penerbangan pagi jam 09.35 dari Bandara Juanda menuju Bandara Soekarno-Hatta biar nanti pas sesuai jadwal Pembukaan. Saya dan teman yang sama-sama berangkat dari Lamongan, sudah bersiap sejak beberapa hari sebelumnya untuk menghadiri acara Workshop Penulisan Buku Nonteks di Jakarta. Kami telah sepakat dengan sopir travel untuk menjemput pagi-pagi sekali. Teman saya yang dari Paciran dijemput pukul 05.00. Sementara saya dijemput pukul 05.30 WIB. Jarak Paciran – Pucangro memang agak jauh.
Namun, pagi itu mendadak menjadi penuh drama. Sopir yang seharusnya menjemput kami mengabarkan kalau sakit. Meskipun ia sudah berusaha mencari pengganti, ada miskomunikasi yang menyebabkan sopir pengganti baru menjemput teman saya di Paciran pada pukul 06.30. Ia tiba di rumah saya jam 07.00. Sangat melenceng dari jadwal awal sehingga membuat kami sedikit cemas.
Biasanya, perjalanan transportasi umum dari rumah saya ke bandara memakan waktu sekitar 3 jam. Perjalanan melewati Kota Lamongan dan Gresik yang selalu macet. Tol menuju bandara baru ada setelah di Gresik. Dengan waktu yang hanya 2,5 jam, sangat susah buat tiba tepat waktu.
Sopir pengganti akhirnya meminta izin untuk ngebut. Sayapun mengiyakan saja karena memang harus begitu. Tapi, kemacetan di sana-sini membuat kecepatan kami tidak bisa stabil. Kadang berhenti selama beberapa menit karena antrian kendaraan yang panjang. Sopir pengganti yang masih muda tersebut memang sangat lihai, bisa bermanuver kanan kiri, tapi kalau sudah benar-benar mentok gak ada jalan ya harus sabar.
Jujur, rasanya hati benar-benar tegang dan cemas. Hanya ucapan sholawat yang terpanjatkan. Semoga perjalanan baik-baik saja dan bisa sampai bandara secepatnya tanpa ketinggalan pesawat. Saat memasuki tol Gresik menuju bandara, perjalanan kami barulah benar-benar ngebut. Waktu check-in sudah semakin dekat. Mas supir berkali kali tanya tentang waktu. Meskipun mas supir mengajak ngobrol tapi karena rasa cemas jadi gak bisa menimpali obrolannya.
Saat di pintu tol Gresik sempat terjadi insiden kecil. Kartu tol sopir ternyata tidak ada saldonya. Dia berhenti sejenak di Alfamart dekat pintu masuk tol untuk top-up. Sayangnya, di toko itu tidak menjual saldo tol. Mungkin jual tapi lagi eror. Supaya cepat dan tidak tambah cemas, Akhirnya saya minta kartu tol Mas supir dan mengisi saldo kartu tol nya menggunakan e-money di Hp. Kebetulan smartphone saya sudah berfitur NFC sehingga bisa mengisinya. Saldo e-money juga baru diisi karena buat persiapan di Jakarta. Kami hampir putus asa karena waktu terus berjalan.
Sepanjang perjalanan, bacaan sholawat terus mengalir dari mulut dan hati saya. Begitu juga dengan teman saya. Kami benar-benar berharap tidak ketinggalan pesawat karena acara yang akan kami hadiri tidak bisa ditunda. Saya sempat berpikir untuk reschedule tiket supaya tidak hangus. Tapi ternyata saat dicoba, reschedule tiket tidak bisa dilakukan beberapa jam sebelum keberangkatan. Menyadari hal tersebut, lalu ngecek saldo di rekening. Apakah cukup untuk membeli tiket baru. Ternyata masih bisa meski tinggal dikit. Saya tetap berharap agar ini tidak perlu dilakukan, karena sebelumnya sudah menghabiskan cukup banyak untuk tiket transportasi udara pulang-pergi dan travel ke lokasi.
Di bandara, Teman dari Jombang yang sudah lebih dulu tiba juga ikut cemas dan terus berkomunikasi dengan kami. Dia juga baru pertama kali naik Pesawat Pelita Air. Waktu terus berjalan, dan 45 menit sebelum jam penerbangan, kami masih berada di tol. Akhirnya, pada jam 09.05, kami tiba di bandara. Saya bersama teman seperjalanan segera berlari ke tempat check-in khusus Pesawat Pelita Air. Beruntung, antrian sepi sehingga saya masih bisa check-in. Bahkan, saya masih sempat meminta kursi di lorong, yang langsung disetujui oleh petugas.
Dengan waktu yang sangat mepet, sekitar 30 menit sebelum jam keberangkatan, saya berhasil check-in. Alhamdulillah ini cukup mengejutkan, Ternyata Maskapai Pelita Air memberi batas maksimal 30 menit sebelum keberangkatan untuk chekin. Itu berarti pas dengan waktu kedatangan saya. Kalau terlambat beberapa menit mungkin sudah tidak boleh naik pesawat lagi. Ini adalah rejeki kami, berkat Sholawat dan ridho Allah semua bisa dijalani dengan baik.
Ucapan terima kasih tak lupa saya kirimkan via WA ke pak Sopir yang sangat pengertian dan gercap. Nanti bisalah dihubungi kembali kalau ada urusan percateran mobil.
Setelah check-in, saya masih sempat duduk sejenak di gate dan pergi ke kamar kecil. Selang beberapa menit, baru deh diminta ngantri buat masuk ke dalam pesawat.
Begitu masuk pesawat, kenyamanan Pelita Air langsung terasa. Kursi-kursinya baru, dengan dekorasi abu-abu hitam yang menarik. Semua interior terlihat baru. Meskipun saya check-in paling akhir, saya mendapatkan kursi di bagian paling belakang pesawat. Jalannya pasti lebih lama dari penumpang lainnya.
Kru pesawat yang ramah menyambut kami. Saat saya mulai merasa mengantuk, tiba-tiba ada pembagian roti dan air minum. Lumayan untuk mengganjal perut dan menghilangkan haus. Pesawat Pelita Air ini cukup nyaman, tidak terlalu berisik dengan AC yang sejuk tapi tidak terlalu dingin. Saat take-off dan di udara, penerbangan berlangsung lancar tanpa guncangan berarti. Bahkan, landing-nya pun sangat mulus.
Enaknya di Pesawat Pelita Air, para penumpang masih bisa menikmati hiburan di Hpnya. Ada wifi di pesawatnya, scan barcode wifi bisa didapatkan di brosur depan kursi. Tapi untuk telfon dan komunikasi tentunya masih di larang. Dengan mode pesawat, wifi tetap terhubung. Penumpang bisa menikmati film, musik atau game kesukaan dalam pesawat. Saya sendiri tidak memanfaatkan fasilitas ini karena mau hemat baterai sekaligus masih pengen menentramkan hati yang gelisah sejak pagi.
Sebagai seseorang yang sering merasa tidak nyaman saat landing, kali ini saya merasa lebih baik. Biasanya, saat pesawat menukik ke bawah, saya merasa mual. Sebagai antisipasi, saya mengunyah permen, mendengarkan musik, dan memejamkan mata. Dalam alam bawah sadar, saya mencoba meyakinkan diri bahwa ini adalah perjalanan darat atau naik bis, bukan pesawat. Saya mengarahkan pandangan ke lorong, bukan jendela, untuk menghindari pusing. Alhamdulillah semua teratasi dengan baik.
Perjalanan pertama saya dengan Maskapai Pelita Air ini menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan. Dari drama pagi hari hingga kenyamanan di pesawat, semua mengajarkan saya untuk selalu siap menghadapi segala kemungkinan dan tetap tenang dalam situasi yang penuh tekanan. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan kami tiba di Jakarta tepat waktu untuk menghadiri acara yang dituju.
seru banget mbak… aku jadi kepo pengen naik pesawat ini juga