Di sudut pulau Sumatera tepatnya di Pesisir Sedang Bedagai yang dulunya bernama Deli Serdang, telah muncul sebuah Pelita yang mengasah asa-asa anak kecil disana. Lewat gebrakan dari Pelita tersebut, anak-anak menjadi lebih optimis dalam hidup dan mendapatkan banyak hal baru.
Wujud Pelita itu adalah seorang perempuan yang bernama Rusmawati. Berkat perjuangan tanpa pamrihnya dalam memberikan pendidikan pada anak-anak di sekitarnya, Rusmawati menjadi generasi muda yang meraih SATU Indonesia Award pada 2011. Prestasinya tersebut tidak hanya memotivasi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya, namun juga menjadi pelecut semangat bagi para penggerak muda lainnya di seluruh indonesia.
Postingan Coretan Dari Desa kali ini, akan membahas tentang Kiprah Rusmawati yang berasal dari Pesisir Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tokoh ini memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak, remaja putri dan ibu-ibu wali murid tanpa pamrih selama bertahun-tahun. Saya sendiri merasa terinspirasi dengan perjuangannya.
Profil Rusmawati, Tokoh Pembangun Kemandirian Lewat Sanggar Belajar Anak
Rusmawati adalah seorang wanita yang lahir di Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada 2 Februari 1976. Kemiskinan yang melanda di daerah kelahirannya menjadi cikal bakal pemikirannya untuk memajukan pendidikan masyarakat sekitarnya.
Perempuan yang sekarang tinggal di Desa Karang Anyar, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai tersebut sempat mengenyam bangku kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam di Deli Serdang jurusan Ilmu Peradilan pada tahun 1994. Namun karena suatu hal, dia tidak menyelesaikan pendidikannya. Rusmawati kemudian memutuskan untuk kuliah jarak jauh di Universitas Terbuka Jurusan S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.
Sejak tahun 1998, Rusmawati sudah berinisiatif untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan. Dari awal pendekatannya dengan ibu-ibu di pantai, dia jadi tahu bahwa banyak anak-anak yang belum bisa sekolah karena ketiadaan biaya. Banyak juga anak SMP, SMA yang putus sekolah. Banyak yang berharap mendapatkan pendidikan secara gratis, namun tidak kunjung didapatkan.
Didorong oleh rasa pengabdian yang besar, Rusmawati kemudian memanfaatkan teras-teras rumah warga dan mushola untuk tempat belajar bagi anak-anak usia TK. Mereka bisa belajar sambil bermain secara gratis. Tentunya dengan pendampingan dan pengajaran dari Rusmawati.
Walaupun tidak memiliki materi yang mumpuni, Rusmawati memiliki banyak ide untuk pendidikan masyarakat pesisir. Bersama dengan sesama penggerak sosial yang tergabung dalam Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN), Rusmawati akhirnya mendirikan sebuah Sanggar Belajar Anak pada tahun 2003.
Mendirikan Sanggar Belajar Anak kelihatannya sepele dan mudah, tapi ada banyak perjuangan didalamnya. Di manapun tempatnya, jika ada sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya, pasti mendapatkan pertentangan sana sini. Banyak yang anggap aneh dan tidak menerima. Apalagi tidak ada dukungan sama sekali dari pemerintah. Namun dengan kesabaran, ketelatenan dan keteguhan hati, akan membuahkan hasil sedikit demi sedikit.
Kegiatan Sanggar Belajar Anak yang dianggap sebelah mata, pada akhirnya menarik minat banyak masyarakat. Apalagi hasilnya terlihat nyata. Anak-anak yang biasanya hanya bermain sesuka hati dan tidak mendapatkan pendidikan sedari dini, pada akhirnya mau untuk masuk dalam sanggar dan mendapatkan berbagai hal baru yang sesuai dengan usia mereka.
Awalnya pendirian Sanggar Belajar Anak hanya ada satu saja, namun karena perkembangannya yang teramat pesat, Rusmawati kemudian mendirikan lagi beberapa Sanggar di sekitar pesisir Serdang Bedagai. Hingga sekarang jumlahnya mencapai kurang lebih 10 Sanggar. Lulusannya sudah banyak sekali, mencapai 800an anak.
Sanggar Belajar Anak yang didirikan oleh Rusmawati, tidak hanya memberikan pendidikan dan pengajaran pada anak saja, namun juga mendidik wanita-wanita muda yang putus sekolah untuk menjadi pengajar. Hal ini untuk menciptakan regenerasi sehingga dimasa mendatang mereka bisa berbakti dan mengajar ilmu pengetahuan pada anak atau orang yang membutuhkan.
Sumbangsih Rusmawati pada negeri kita Indonesia, masih ditambah dengan pengajaran dia pada ibu-ibu wali murid. Saat anak-anak diajari berbagai ilmu pengetahuan dan mengasah cita-cita mereka, para ibunya dikumpulkan dan dilatih supaya dapat berorganisasi dengan baik dan juga diberi bekal ketrampilan wirausaha.
Pada akhirnya ibu-ibu tersebut tidak hanya pasif. Mereka jadi bisa berkumpul dan berdiskusi membahas berbagai persoalan ekonomi, sosial, maupun persoalan perempuan. Kemandirian mereka dalam berwirausaha juga terasah. Berbagai usaha ekonomi produktif seperti pengolahan ikan, beternak, berkebun, dan lain sebagainya bisa dilakukan.
Untuk pendanaan Sanggar Belajar Anak dan kegiatan lainnya, Rusmawati mengambil dari keuntungan dari usaha pembuatan batu bata yang dijalankannya bersama suaminya. Disamping itu, berkat kerjasama yang baik dengan teman-temannya di LSM SPPN, Perempuan luar biasa pengasah asa anak-anak ini berhasil mendapatkan bantuan dari lembaga asing. Bantuan dana berlangsung mulai tahun 2007 hingga 2011.
Upaya yang dilakukan oleh Rusmawati selama bertahun-tahun, di apresiasi penuh oleh Astra pada tahun 2011. Melalui Penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia) Rusmawati mendapatkan hadiah uang tunai Rp 50 juta. Hadiah tersebut tidak dinikmati sendiri, tapi dimanfaatkannya untuk membiayai pendidikan kejar paket C (setara SMA) untuk relawan-relawannya di Sanggar Belajar Anak yang saat itu hanya lulusan SMP.
Pentingnya Pendidikan Untuk Anak-anak
Memang tak dapat dipungkiri, masalah kemiskinan seolah menjadi kondisi umum di perkampungan nelayan. Di kawasan ini, susah mengakses pendidikan yang layak. Banyak anak yang putus sekolah karena ketiadaan biaya dan juga kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Tak terkecuali di daerah pesisir pantai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara,
Apalagi dengan semboyan “kerja tak kerja, asal hidup enak” membuat kondisi didaerah tersebut stagnan dan cenderung ketinggalan zaman. Semboyan yang entah dari mana datangnya tersebut membuat pendidikan seolah terpinggirkan dan dianggap tidak penting lagi. Padahal Pendidikan baik formal maupun non-formal teramat penting di jaman sekarang.
Fenomena seperti inilah yang membuat Rusmawati bergerak mengubah kehidupan masyarakat pesisir menjadi lebih baik. Aktivis LSM yang fokus pada pemberdayaan perempuan ini kemudian memutuskan untuk memberikan pendidikan pada anak usia dini sebagai langkah awalnya. Melalui Sanggar Belajar Anak yang dibangunnya, Rusmawati berusaha dengan ikhlas dan pantang menyerah meningkatkan pendidikan anak-anak setingkat Taman kanak-kanak di daerah pesisir yang tak jauh dari rumahnya.
Rusmawati menyadari bahwa pendidikan anak-anak sangatlah penting untuk mempersiapkan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan dibutuhkan untuk menghadapi segala tantangan dimasa mendatang. Anak-anak pesisir yang cerdas, berpendidikan dan memiliki asa serta cita-cita tinggi akan membawa tingkat kehidupan keluarga menjadi lebih baik. Kelak sistem ekonomi dan sosial akan dimajukan dengan ide-ide kreatif pengelolaan potensi sumber daya kelautan yang diciptakan.
Walaupun banyak yang mengetahui pentingnya pendidikan bagi anak-anak, namun hanya sedikit yang tergerak membantu masyarakat kurang mampu dalam mengenyam pendidikan. Kebanyakan hanya melihat dan mengamati, jarang yang mau turun tangan tanpa pamrih. Mangkanya apresiasi harus diberikan pada mereka yang telah terbukti mengabdi untuk negeri.
Salut buat Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia) yang secara rutin tiap tahun memberikan penghargaan dan apresiasi kepada generasi muda Indonesia yang bergerak langsung di masyarakat. Terus bergerak dan menggerakan untuk Indonesia tercinta.