Touring 16 jam ke Bromo, Open Trip dari Surabaya akhirnya saya rasakan juga. Open Trip yang direncanakan pada akhir tahun lalu tapi batal karena erupsinya semeru, akhirnya bisa terlaksana pada 28 Februari hingga 1 Maret 2023. Berkat panduan dari 3 Men Tour Organizer yang memiliki akun instagram @3mentourtravel, saya bersama 9 orang lainnya bisa menjelajahi kawasan Bromo dengan baik dan lancar.
3 Men Tour Organizer ini adalah salah satu agen perjalanan wisata ke Bromo yang beralamat di Jl. Raya Trosobo Gg Teratai RT 02 Rw 11 Taman Sidoarjo Jawa Timur. Sengaja pilih agensi wisata ini karena rekomendasi dari teman. Ownernya yang beranama Fatkhul Hadi sudah berpengalaman dalam melayani open trip dan privat trip ke Bromo.
Perjalanan Dari Surabaya Ke Bromo
Perjalanan dari Surabaya ke Bromo diawali dari titik jemput yang telah ditentukan. Kali ini titik jemputnya adalah di Masjid Al-Akbar Surabaya. Saya sih seneng-seneng saja titik jemputnya disini karena bisa selonjoran, ngadem dan beribadah dengan tenang. Dibandingkan titik jemput di Stasiun Pasar Turi atau Terminal Bungurasih, menunggu di Masjid Al-Akbar lebih menyenangkan.
Minusnya kalau menunggu di Masjid Al-Akbar adalah : harus keluar dari area Masjid pukul 10 malam. Padahal jemputan baru datang pukul 11 malam. Alhasil saya bersama dengan teman-teman yang barengan Touring ke Bromo harus nungguin di pintu Satpam. Gak lagi bisa rebahan sambil ngecass Hp di area masjid.
Beruntung, touring kali ini bersama dengan teman-teman Blogger yang suka Tour & Traveling. Meskipun berasal dari berbagai daerah dan beberapa diantaranya baru ketemu langsung di hari tersebut, namun bisa ngobrol dengan asyik. Bahkan kompak godain teman Blogger dari Jakarta yang baru jadian dengan pacarnya. Aktivitas menunggu jadi gak membosankan.
Tepat pukul 23.00 WIB di tanggal 28 Februari 2023, mobil jemputan Touring ke Bromo sudah sampai di depan Masjid. Kamipun segera masuk ke dalam Mobil berjenis Hiace. Ternyata di dalam mobil sudah ada traveler lain yang dijemput di titik yang ditentukan sebelumnya.
Karena sudah larut malam, hampir semua penumpang memejamkan mata. Ada yang sekedar tidur-tidur ayam, ada yang tidur beneran. Dasar saya yang tidak pernah bisa tidur dalam mobil yang berjalan, mata saya tetap terbuka gak mau dipejamkan. Jadilah menikmati perjalanan malam dengan keheningan.
Dari Surabaya ke Pasuruan Via toll, saya masih bisa mengenali medan jalannya. Karena dari dulu sudah sering melewati jalanan tersebut. Tapi setelah belok kiri ke arah Bangil, saya sudah tidak mengenali area jalannya lagi. Papan-papan penunjuk jalan juga gak bisa kebaca karena keadaaan yang gelap dan jarang ada kendaraan yang lewat.
Rasa pusing mulai melanda kala mobil yang saya naiki memasuki area yang penuh tikungan. Tiap 30 – 40 meter, selalu ada tikungan. Kadang mobil menikung ke kanan, kadang ke kiri. Entah berapa puluh tikungan yang telah terlewati, saya hanya berharap segera sampai. Apalagi situasi selama perjalanan amat sangat sepi. Hanya ada mobil kami yang melewatinya. Semua penumpang kecuali supir gak ada yang terlihat terjaga.
Ketika sepintas terlihat tulisan Bromo di tengah perjalanan yang penuh tikungan, secercah harapan muncul. Saya rasa perjalanan sudah hampir sampai. Ternyata benar, gak berapa lama mobilnya berbelok ke rest area yang bernama Desa Tosari. Angka jam di Smartphone saya sudah menunjukkan pukul 01.20 WIB di tanggal 1 Maret 2023.
Perjalanan dari Surabaya ke rest area Bromo membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam saja. Perjalanan ini jauh lebih cepat dibandingkan saat perjalanan saya ke Bromo lebih dari 10 tahun yang lalu. Dulu kayaknya melewati kawasan Paiton untuk menuju ke Bromo, tapi sekarang sudah tidak perlu lagi.
Karena penasaran, saya bertanya pada pemandu dari 3 Men Tour Organization mengenai perjalanan ke Bromo. Dia bilang memang ada banyak rute dan jalan masuk ke kawasan Bromo. Yang Tosari ini salah satunya. Kalau yang melewati Paiton sudah tidak digunakan lagi karena terlalu jauh dan harus memutar.
Di Rest Area Tosari kala rombongan kami sampai di sana, suasana masih sangat sepi. Tidak ada rombongan lainnya yang datang. Namun di sana sudah ada penjual makanan dan minuman yang standby. Ada juga penjual syal, kupluk dan kaus tangan yang menawarkan dagangan untuk menghalau rasa dingin. Persewaan jaket juga ada.
Sambari menunggu Jeep yang dipesan, saya dan beberapa teman lain mengisi daya baterai di tempat yang disediakan. ini penting sekali karena selama perjalanan nanti sudah tidak ada lagi colokan listrik yang disediakan. Saya pesan Mie rebus dan jahe hangat untuk menghangatkan badan.
Melihat Sunrise Yang Gagal
Sekitar pukul 03.00 dini hari, Mobil Jeep yang akan kami gunakan sudah datang. Rombongan kami terbagi di 3 jeep yang berbeda dan langsung menuju kawasan penanjakan. Meskipun jalannya juga berkelok-kelok, namun rasanya sudah tidak seperti saat awal memasuki kawasan Bromo. Hawa dingin yang datang masih bisa saya tolerir. Ada jaket, sarung tangan dan kupluk yang bisa digunakan.
Selain rombongan kami, ternyata di pemberhentian kaki penanjakan sudah banyak rombongan lain yang ada di sana. Terlihat dari jeep-jeep yang berjejer rapi. Semuanya memiliki niat yang sama yakni melihat Sunrise yang indah. Disini juga terlihat beberapa penyewa jaket, harganya 25 ribu per jaket. Saya sendiri tergoda untuk menyewanya karena hembusan hawa dingin yang begitu menyengat saat turun dari jeep.
Kala itu kabut tebal menyelimuti, ada juga gerimis kecil yang mengikutinya. Double jaket sangat membantu menghangatkan. Sambari menunggu waktu yang tepat, saya bersama teman se-jeep, pergi wudhuuntuk menunaikan Sholat Shubuh. Di sana sudah ada Musholla yang cukup luas. Ada juga area wudhu dan toilet. Bagi yang pengen tahu gimana air disana saat menjelang pagi hari. Jawabannya adalah seperti air dalam Freezer. gak hanya dingin, tapi dingiin sekali.
Di Musholla kaki penanjakan, ada tumpukan mukenah dan Sajadah yang bisa digunakan untuk ibadah Sholat Shubuh. Karena tidak tahu situasi sebelumnya, saya membawa mukenah sendiri. tapi sajadahnya pinjam di sana. Sholat 2 rekaatpun tertunaikan.
Selepas Sholat Shubuh, saya kembali ke jeep karena hawa dalam jeep lebih hangat dibandingkan di luar. Selain kabut, ada gerimis yang menghalau pandangan sehingga masuk ke dalam jeep dan beristirahat di dalamnya lebih menyenangkan. Gak kerasa, sayapun tertidur dalam jeep.
Ketika tengah asyik terbuai mimpi, pemandu tiba-tiba datang dan mengetuk pintu jeep. Dia memberitahu jika kabut yang terlalu tebal membuat rombongan tidak bisa melanjutkan melihat Sunrise di Penanjakan. Meskipun dipaksakan pergi ke puncak, sinar matahari pagi yang mempesona tidak akan bisa dinikmati. Saya lihat angka jam, ternyata sudah menunjukan waktu 06.15 WIB.
Meskipun ada rasa kecewa karena tidak bisa menikmati sunrise yang konon menjadi idola banyak wisatawan, saya tetap merasa bersyukur karena tidak perlu membuang banyak tenaga di pagi buta. Saya juga bisa tidur sejenak di dalam mobil. kalau misalnya tetap dipaksakan naik di kala kabut menghadang, rasa kecewanya pasti lebih banyak. Ada capeknya juga.
Next time jika ada kesempatan Ke Bromo lagi, semoga bisa menikmati Sunrisenya.
Padang Savana
Selepas dari lokasi Penanjakan, Jeep melaju turun ke Padang Savana. Disini sudah ada banyak jeep yang terparkir dan terlihat wisatawan lainnya yang menikmati pemandangan. Oleh Pemandu, rombongan kami diarahkan ke bagian yang tidak ada pengunjung lainnya. Hal ini supaya bisa puas mengabadikan pemandangan tanpa terganggu lalu lalang rombongan lainnya.
Memang saya akui, pilihan tepat. Disamping sepi, lokasi yang menjadi pemberhentian jeep pemandangannya indah sekali. Sinar Matahari pagi membiaskan aura dingin yang menyergap. Hamparan rumput dengan latar belakang perbukitan hijau membuai arah pandang mata. Jadilah saya dan teman-teman yang lain foto-foto disini. Tak lupa juga mengambil video untuk tambahan konten reels dan Tiktok.
Tak terasa, hampir satu jam mengabadikan momen dan menikmati pemandangan di area Padang Savana. Pemandu mengingatkan untuk masuk ke dalam jeep dan melanjutkan perjalanan ke lokasi lainnya di area gunung Bromo.
Bukit Teletubbies
Harusnya setelah dari Padang Savana, touring langsung menuju kawah Bromo dan kawasan Pura. Tapi karena di sana terlihat sangat ramai, sehingga dilewati dulu. Rombongan langsung menuju Ke Bukit Teletubbies dengan melewati area Pasir Berbisik dan area camping.
Sampai di area Bukit Teletubbies, ternyata sudah banyak wisatawan lainnya yang nangkring disini. Ada banyak penjual makanan dan minuman yang bisa mengganjal perut yang kelaparan. Tak ketinggalan ada toiletnya juga.
Pengelola Kawasan Bromo beberapa tahun ini sudah banyak berbenah. Selain menambah beberapa destinasi yang dapat dikunjungi, fasilitas yang disediakan juga sudah mumpuni. ini berbeda banget dengan dulu, kala saya berkunjung lebih dari 10 tahun yang lalu. Dulu hanya ada area kawah Bromo dan view Sunrise. fasilitas juga minim. Sekarang sudah amat sangat memanjakan wisatawan. Ini dapat jadi Solusi Peningkatan Industri Pariwisata
Disebut Bukit Teletubbies mungkin karena bentuknya seperti bukit yang ada di Film Anak Teletubbies. sayangnya gak ada icon karakter Pooh dan kawan-kawan. Pemandangan alam disini tak kalah indah dengan area lainnya. Tak cukup kata untuk menggambarkannya. Harus datang langsung kesini untuk merasakannya.
Lautan Pasir (yang katanya) Berbisik
Dari Bukit Teletubbies perjalanan kami balik ke lautan pasir yang sebelumnya sudah dilewati. Lautan pasir ini dikenal dengan nama Pasir Berbisik sejak dijadikan lokasi syuting Film berjudul Pasir Berbisik tahun 2001.
Konon angin yang menghembuskan hamparan pasir ini seolah membisikkan sesuatu ke telinga kita melalui pasir-pasir yang beterbangan dan membentuk pusaran. Biasanya terjadi saat musim kemarau yang panas. Namun karena saat saya kesana kemarin masih musim hujan dan area pasirnya terasa basah dimana-mana, gak ada gulungan angin atau bisikan pasir yang dirasakan. Justru terlihat lautan pasir yang maha luas.
Mungkin ini jadi keberuntungan tersendiri karena gak bisa menikmati sunrise di Penanjakan Bromo, tapi bisa menikmati pemandangan pasir berbisik tanpa kepanasan atau mata kelilipan. Cukup lama kami disini karena terbuai dengan hamparan pasirnya. Dengan pakaian tebal, kupluk dan kaus tangan, suasana di Pasir Berbisik seperti berada di daratan Eropa.
Hamparan pegunungan yang menjadi latar belakang Pemandangan pasir berbisik membuat viewnya makin mempesona.
Kawah Gunung Bromo
Mendaki kawah Gunung Bromo menjadi tujuan terakhir dalam trip Bromo dari Surabaya kali ini. Saat sampai di lokasi, sudah lumayan sepi. wisatawan lain sudah banyak yang meninggalkan kawasan Bromo karena memang perjalanan ke kawah bromo tidak disarankan pada siang hari. Karena terlalu panas.
Berhubung bukan musim kemarau, panasnya sinar matahari tidak begitu terasa di kulit. Jadi rombongan kami bisa menikmatinya dengan langkah kaki terbuka. Awalnya dari pemberhentian bis, saya niat untuk jalan kaki menuju kawah gunung Bromo. Tapi karena langkah kaki saya ketinggalan jauh dengan teman lainnya, jadilah menetapkan hati untuk menunggang kuda.
Selain meminimalisir tenaga, naik kuda juga jadi pengalaman tersendiri. Medannya yang naik turun bisa digapai dengan cepat kalau naik kuda. Meskipun awalnya rada takut, tapi lama-lama jadi terbiasa. Untuk naik kuda ke kawah Bromo, perlu tawar menawar dulu. Pemilik kuda biasanya mengikuti langkah kaki Wisatawan. Semakin dekat dengan area tangga, bisa semakin murah. Jika sebelumnya tarifnya 100 ribu, mendekati tangga bisa turun hingga 25 ribu. Saya dapat yang harga 50 ribu karena jaraknya masih lumayan jauh dari anak tangga.
Untuk menuju kawah gunung Bromo, dari kaki gunungnya harus naik anak tangga yang jumlahnya ratusan. Bagi yang bernafas pendek kayak saya, ini jadi tantangan tersendiri. Harus berkali-kali berhenti untuk menstabilkan nafas. Beruntung lokasi sepi dan ada teman yang menemani dalam tiap pemberhentian. Jadi bebas berhenti di mana saja. Gak kebayang kalau ada banyak orang, pasti susah untuk berhenti dan duduk di anak tangga.
Perjalanan ke Bromo gak sah jika tidak ke area kawahnya. Meskipun tidak banyak pemandangan eksotik yang bisa dilihat karena tertutup kabut belerang, namun ini menjadi perjalanan sekaligus pengalaman yang selalu terkenang. Mungkin karena sebelumnya sudah pernah ke Kawah Bromo, jadi rasa antusias dan penasaran saya tidak begitu menguar. Bahkan saya tidak punya foto waktu di bibir kawah seperti teman-teman yang lainnya.
Balik Ke Surabaya
Setelah turun dari kawah Gunung Bromo dan kembali ke Jeep, rombongan diajak untuk kembali Rest Area Tosari. Sebelum benar-benar balik berganti dengan Mobil Hiace yang kami tumpangi, Rombongan dijamu makan siang dengan menu khas dari Desa. Selain nasi putih, ada sayur Sop, ayam goreng, tumisan, gorengan, sambal dan kerupuk. Tak Lupa ada teh hangat juga.
Jamuan makan siang ini menjadi salah satu fasilitas yang disediakan oleh agen travel 3 Men tour Organization. Untuk Transportasi Surabaya -Bromo, Jeep, Tiket Masuk kawasan Bromo, dan air mineral sudah disediakan dalam paketnya. Jadi tinggal bayar dan mengikuti open tripnya. Layanan Dokumentasi berupa foto dan video juga disediakan oleh agen Travel ini.
Perjalanan kembali ke Surabaya tidak mengalami kendala yang berarti. teman-teman yang waktu berangkat tidur dan tidak tahu medan jalan yang berkelok-kelok, akhirnya tahu dan merasakan pusingnya juga. Setelah 30 menit melewati jalan yang penuh tikungan, akhirnya sampai di jalan yang lurus dan masuk tol.
Sekitar pukul 15.00 WIB, rombongan sudah sampai di depan Masjid Al-Akbar yang merupakan point meet-nya. Dengan demikian Touring Ke Bromo berakhir sudah disini. Jejak kenangan Touring 16 Jam ke Bromo ini akan terpatri dan selalu dikenang.
MasyaAllah Terimakasih infonya ya kak:)
Btw saya mau belajar ngeblog begini. Apakah bisa belajar ke kakanya.
Terimakasih
Duuhh, serunyaaa… Bromo memang ngangeni, pengen balik lagi…
Apalagi rame-rame kaya gini ya, selalu ada aja wilayah yang belum kena eksplor…menyenangkan!
Waaah jadi pengen ke Bromo ngajak anak2 & suami. Mereka belum pernah diajak ke sini. Someday moga2 ada waktu & rejekinya
Seru ya bisa ke Bromo
Saya juga mau tapi bawa anak tiga rasanya sesuatu
Menyenangkan sekali ke sana ramai-ramai
Pengalaman ke Bromo saya motoran dari Jember sore. Terus nginap di penginapan sana, ada rumah yang disewakan. Terus dari penginapan jalan kaki menuju bromo lewat padang pasir. Cuacanya terasa banget, dingin.
ternyata ada yaa jasa open touring gini, dan ketemu sama peserta lainnya juga. suka amaze sama foto2 bromo aku tu, jadi kaya pengen juga main-main ke bromo hihi. Duh mbaa apa rasanya naik kuda? aku udh takut duluaannn klo mau naik ahahha
Wah, asik banget Mba, meski gagal lihat sunrise tapi tetap menyenangkan ya Mba dan sukses bikin pengen juga nih 😀
Noted lah ini, join open trip ide bagus juga ya Mba untuk perjalanan ke Bromo.
Ke Bromo, aku juga mau lihat Sunrise yang semoga ketika kesana terlaksana. Sebuah pengalaman berharga perjalanan yang dibagikan. Makasih mbak!
Alhamdulillah.
Ikut seneng nih..baca pengalaman touring ke Bromo menggunakan jasa 3Men Tour Organizer. Serasa menjelajah dunia baru bersama sahabat baru.
Meski sendiri, gak apa…karena pasti terhibur dengan persahabatan baru.
Abis ini bersiap travelling kemana lagi, kak?
Suka banget sama foto-fotonya..
Seru kalau ada tour guide-nya gini. Jadi tau spot foto terbaik.
Wah seru bgt ini…karena jd destinasi impian makanya aku sampai baca berulang kali. Bawa anak-anak aman kan mba naik Jeep nya
Jadi pengen jalan-jalan ke Bromo lagi. Waktu pertama kali ke sana berasa kurang puas. Karena anak-anak masih kecil dan anak saya yang bungsu nangis terus. Rewel karena gak suka pagi-pagi udah harus bangun
Wah seru banget touring rame-rame bareng sama teman-teman ya. Pasti seru banget selama perjalanannya. Saya kemarin ke Bromo pas tugas negara sih, jadi gak bisa eksplore banyak tempat di sana.
ngomongin Bromo, saya jadi inget pengalaman pertama kesana sekitar hampir 9 tahun yg lalu. huaa udah lama banget ya. dan kalo ada kesempatan lagi saya pengen mengunjungi Bromo lagi, soalnya waktu itu ga sempet ke kawahnya soalnya bawa krucil
jadi inget masa muda, huhu. enak bisa main jauh2, gak kayak sekarang. masih bisa sih, tapi gak tega ninggalin anak2
Bromo ini jadi salah satu wishlistku mbak, entah kapan bisa kesana, hehe.
Btw seru banget bisa traveling sama teman2 gitu ya mbak.
Sudah ngiler liat postingan Bromo.. Padahal dr Malang gak jauh jauh amat… Seruu sekali bacanya, udah kayak ikut tour…
huwaaaaa…. kapan saya bisa ikutan kek gini cobak? hiks!
Saya bahkan diajak beberapa teman, tapi nggak bisa ikutan, saking nakanak masih nempel kayak prangko.
Mau ngajak mereka, kagak sanggup dah urus anak 2 di perjalanan hahaha.
Padahal kangen maksimal mah sama Bromo