Banyak Cerita Yang Terukir Antara Aku dan Matematika – Pelajaran yang paling dibenci oleh siswa-siswi sekolah adalah matematika. Tiap kali membahas tentang matematika pasti banyak orang yang enggan dan menghindarinya. Namun bagiku hal itu tidak berlaku, karena matematika adalah pelajaran favoritku. Sedari dulu saya suka matematika dan segala sesuatu yang berhubungan didalamnya. Ada banyak cerita yang terukir antara aku dan Matematika.
DIAWALI DENGAN NILAI 0
Disamping ketrampilan membaca dan menulis, pelajaran berhitung atau matematika merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh anak sekolah. Kemampuan membacaku sudah terasah sejak kelas 2 MI (setara Sekolah Dasar). Saat kelas 2, aku sudah lancar membaca dan bisa mengkhatamkan berbagai buku bacaan di perpustakaan sekolah. Namun ntuk kemampuan menghitung, aku baru merasa lancar saat kelas 3 MI.
Baca juga : Membaca Buku Bagian Hidupku
Masih teringat di memori, kala kelas 3 aku pernah mendapat nilai 0 untuk matematika. waktu itu guru memberikan 5 soal perkalian dengan angka nol di semua soalnya. Aku yang masih belum paham, menganggap kalau angka nol itu seperti angka satu sehingga bilangan yang dikalikan angka nol punya nilai, padahal harusnya hasilnya nol semua.
Ketika orang tuaku tahu aku dapat nilai nol untuk matematika, aku ditegur dan diwanti-wanti jangan sampai dapat nilai seperti ini lagi karena itu memalukan. Ibu dan ayahku sedari dulu dikenal sebagai orang yang pintar dalam semua pelajaran, terutama matematika. Jadi mereka berharap anak-anaknya bisa sama seperti mereka.
Semenjak itu aku jadi berambisi untuk menaklukkan matematika. Aku tidak ingin mendapatkan nilai nol lagi untuk pelajaran tersebut. Aku sering bikin soal-soal sendiri dan dijawab-jawab sendiri. Disini aku mulai keasyikan dengan matematika. Pelajaran Matematika akhirnya menjadi pelajaran favoritku dari MI, Mts Hingga Madrasah Aliyah.
Jadi Juara Kelas Karena Matematika
Aku dulu sekolah di lingkungan Departemen Agama, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah. Mata pelajaran di sekolah Depag lebih banyak dibandingkan Sekolah yang dibawahi Diknas. Selain pelajaran umum, ada pelajaran Agama yang mengiringi. Kalau tidak salah saat kelas 1, 2 dan 3 MI ada 11 mata pelajaran. Kelas 4, 5 dan 6 ada 14 mata pelajaran.
Nilai semua mata pelajaran di raportku, Alhamdulillah lumayan bagus bahkan banyak yang diatas rata-rata . Aku cuma lemah di pelajaran Seni Budaya, olahraga dan Bahasa Jawa. Di mata pelajaran tersebut nilaiku kalau gak 6 ya 7. Tidak pernah sekalipun dapat 8 atau 9. Hal itu berbeda dengan nilai pelajaran Matematika yang selalu mendapatkan nilai 9. Mungkin cuma 3 kali mendapatkan nilai 8. Di ulangan harian ataupun ulangan umum, nilai matematika selalu memuaskan.
Tingginya nilai matematika saat sekolah dulu, membuatku sering mendapatkan juara kelas. Baik di MI, Mts atau MA aku langganan juara kelas. Nilai pelajaran lainnya boleh sama, tapi untuk matematika aku tidak terkalahkan.
Melarikan Diri Dari Masalah Dengan Matematika
Saat menginjak sekolah menengah pertama, aku mendapatkan guru matematika yang lumayan asyik. Dia membebaskan siswanya mencari rumus matematika yang paling mudah dan disukai. Guru tersebut tidak mempermasalahkan metode atau rumus yang digunakan, terpenting adalah hasilnya harus benar.
Disini keasyikan bermain matematika makin terasah. Aku bisa mengeksplorasi berbagai rumus untuk dipelajari. Saat menghitung angka-angka dalam matematika otak memang terasa berat, namun ketika sudah mendapatkan hasilnya, ada kelegaan dan kesenangan yang luar biasa. Proses berfikir ini tidak membuat kapok, justru sebaliknya ingin mencoba lagi dan lagi.
Guru matematikaku pernah mengatakan kalau matematika bisa menjadi pelariannya saat ada masalah. Dengan mengerjakan soal-soal matematika, dia jadi melupakan permasalahan yang dihadapinya. Hal itu kemudian aku tiru. Ketika ada masalah dengan teman atau ada sesuatu yang bikin otak kalut, aku kemudian membuka buku matematika dan menjawab soal-soal di dalamnya. Semakin susah soalnya, aku semakin tertantang.
Alhasil, saat mengerjakan soal-soal tersebut, semua beban dan pikiran yang mengganggu jadi hilang. Waktu juga berjalan dengan cepat tanpa disadari. Memang permasalahan tidak bisa hilang, namun otak jadi punya banyak jeda waktu untuk tidak memikirkannya sehingga tingkat kekalutan jauh berkurang.
Pilihan Jurusan Saat Kuliah
Ketika lulus Madrasah Aliyah (setingkat SMA), aku sempat kebingungan memilih jurusan untuk kuliah. Ada banyak pilihan jurusan yang ingin dimasuki. Diantara yang ingin aku ambil adalah Jurusan Bahasa Indonesia dan Jurusan Matematika.
Jurusan Bahasa Indonesia ingin aku ambil karena menurutku lumayan gampang dan sesuai dengan hobiku yakni membaca dan menulis. Kalau jurusan Matematika karena aku suka tantangan dan mahir dalam pelajaran tersebut sedari kecil. Namun akhirnya pilihanku tidak di kedua jurusan tersebut karena ternyata ada sesuatu hal yang tidak aku sukai. Pilihan akhirnya jatuh pada Jurusan ilmu sosial dan ilmu politik yang belum pernah aku pelajari sebelumnya.
Rumus-rumus matematika di otakku masih terjaga dan gak hilang karena setiap hari aku mengajar bimbingan belajar di TBM Bintang Brilliant. Ceritaku tentang matematika sebenarnya masih banyak sekali. Mungkin di postingan lain aku akan mencoba menceritakan lagi.