Sebelum Pandemi datang, di desaku sudah ada Bank Sampah yang beroperasi di tiap RT. Bank Sampah ini sudah terstruktur rapi mulai dari tingkatan RT hingga desa. Tiap 2 minggu sekali ada jadwal penyetoran sampah. Sebelum disetorkan tentunya ada penyortiran terlebih dahulu. Sampah dipilah berdasarkan jenisnya kemudian ditimbang di Bank Sampah. Masyarakat dapat menyetorkan sampahnya di Bank Sampah masing-masing dan dicatat layaknya menabung.
Kegiatan Bank Sampah di desa saya sudah berlangsung sekitar 5 tahunan. Ini merupakan bagian penting dari sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan memberikan efek positif bagi lingkungan. Selain menjadi nasabah, saya sendiri juga menjadi bagian dari kader lingkungan yang tak pernah ketinggalan dalam setiap kegiatan. Tak terkecuali dalam penimbangan di Bank Sampah.
Ketika Pendemi, kegiatan bank Sampah juga ikut berhenti total. Efek dari pembatasan sosial yang dilakukan. Disini mulai terasa dampaknya. Timbunan sampah mulai terlihat dimana-mana. Jika sebelumnya, desaku sudah minim sampah, saat bank sampah tidak beroperasi, masyarakat jadi tidak ada tempat untuk menyalurkan sampahnya. Akhirnya dibuang begitu saja dan mengotori lingkungan.
Saat ini belahan-lahan, operasional Bank Sampah di desaku coba dihidupkan. Diharapkan dapat kembali normal dan dapat menjadi tempat untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Saya sendiri masih konsisten memilah sampah di rumah. Untuk sampah organik, gak pernah dibuang karena sudah ada ayam kampung peliharaan yang siap sedia menghabiskan.
Sementara untuk sampah anorganik, Jika masih bisa di pakai lagi, tetap disimpan dan digunakan. Jika ada yang sudah tidak bisa digunakan, baru dimasukkan ke dalam karung penampungan untuk kemudian disetorkan ke Bank Sampah atau pengepul sampah yang sering lewat depan rumah. Lumayan, selain dapat mengurangi timbunan sampah juga mendapatkan uang.
Fakta dan Kondisi Terkini Tentang Lingkungan di Indonesia yang Banyak Sampah
Permasalahan sampah menjadi isu global yang mengkhawatirkan seiring dengan peningkatan penggunaan sampah plastik. Dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan sampah plastik seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang serba instan. Seperti penggunaan kemasan makanan dan minuman ringan, kantong belanja, plastik pembungkus, dan gelas plastik dari warung kopi yang sedang hits dan masih banyak lagi lainnya.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata tiap penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64juta ton. Data ini diperkuat dengan statistik persampahan domestik Indonesia yang menjelaskan bahwa jenis sampah plastik di Indonesia menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah.
Sampah jenis plastik saat ini menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan, terutama pencemaran tanah dan air laut. Dari total timbunan sampah plastik, baru 10-15% saja yang didaur ulang. Sementara 60-70% ditimbun di TPA dan 15-30% belum terkelola dan terbuang ke lingkungan seperti ke sungai, danau, pantai dan laut.
Data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) lebih mencengangkan lagi. Terdapat 3,2 juta ton sampah plastik yang dibuang ke laut Indonesia dan menjadi memicu kerusakan fauna laut. Ini merupakan tragedi lingkungan yang amat buruk dan layak mendapatkan perhatian lebih.
Dampak Emisi Karbon Dari Sampah Plastik Terhadap Perubahan iklim dan Lingkungan Hidup
Plastik sendiri tidak menghasilkan emisi karbon secara langsung. Namun keberadaan plastik sendiri sangat mempengaruhi keberadaan emisi karbon dan memiliki dampak terhadap perubahan iklim serta lingkungan hidup. Plastik terbuat dari bahan dasar minyak bumi, yang merupakan sumber bahan bakar fosil yang terkandung dalam tanah.
Proses produksi plastik melibatkan ekstraksi, pengolahan, dan transportasi bahan baku minyak bumi. Selama tahap ini, terjadi emisi karbon akibat penggunaan energi fosil dalam proses pengolahan dan transportasi. Selain itu, beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik, seperti polimerisasi, juga dapat menghasilkan emisi karbon.
Selain emisi karbon yang terkait dengan produksi plastik, limbah plastik juga dapat menyebabkan emisi karbon. Jika plastik tidak didaur ulang dengan benar atau terbuang ke lingkungan, plastik bisa terurai dan menghasilkan gas metana saat terkena sinar matahari. Metana adalah gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi daripada karbon dioksida. Kalau sampah plastik bertebaran dimana, metananya juga akan sama.
Oleh karena itu, walaupun plastik sendiri tidak menghasilkan emisi karbon secara langsung, siklus hidup dan pengelolaan limbah plastik dapat berkontribusi terhadap emisi karbon dan perubahan iklim secara keseluruhan. Sifat plastik yang tidak mudah terurai, karsinoget dan proses pengolahannya yang menimbulkan toksit membuat plastik dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan makhluk hidup.
Sebagian besar plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, bahkan berabad-abad. Akibatnya, sampah plastik menumpuk dalam jumlah besar di lahan pembuangan, perairan, dan area lainnya.
Dampak yang terjadi dari keberadaan sampah plastik adalah
1. Merusak Ekosistem
Ketika sampah plastik memasuki perairan, baik melalui sungai atau langsung dibuang ke laut, plastik akan berakhir di laut dan mengancam ekosistem laut. Sampah plastik dapat menyebabkan kerusakan pada organisme laut melalui penumpukan, polusi mikroplastik, atau bahkan dapat tertelan oleh hewan laut yang mengira itu adalah makanan.
Sampah plastik juga dapat merusak ekosistem darat dan perairan. Misalnya, ketika plastik menumpuk di sungai, saluran air dapat tersumbat, menyebabkan banjir. Di daratan, sampah plastik dapat mencemari tanah dan menghambat pertumbuhan tumbuhan.
Hewan, baik di darat maupun di laut, sering kali terjebak atau terperangkap dalam sampah plastik seperti jaring ikan, kantong plastik, atau potongan-potongan kecil yang dapat menyebabkan cedera atau kematian. Selain itu, beberapa hewan juga dapat menelan sampah plastik, yang dapat menyebabkan kerusakan internal atau bahkan kematian.
Baca juga : Penyebab Pencemaran Laut di Indonesia Yang Harus Dihindari
2. Merugikan Kesehatan Manusia
Sampah plastik memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia. Misalnya, ketika plastik terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil, mereka dapat terakumulasi dalam rantai makanan dan masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang terkontaminasi.
Plastik juga dapat melepaskan bahan kimia berbahaya seperti bisfenol A (BPA) dan ftalat ke dalam makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik. Bahan kimia tersebut dapat masuk ke tubuh manusia dan berpotensi menyebabkan gangguan hormonal, masalah perkembangamn, gangguan reproduksi, dan penyakit lainnya.
Ketika plastik terurai atau terbakar, bahan kimia berbahaya dapat dilepaskan ke udara dalam bentuk partikel kecil. Paparan terhadap partikel-partikel ini dapat menyebabkan iritasi paru-paru, masalah pernapasan, dan berisiko menyebabkan penyakit pernapasan jangka panjang. Mangkanya stop membakar sampah plastik.
3. Kejadian Bencana
Timbunan sampah plastik yang besar dan tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan kejadian bencana. Misalnya, tumpukan sampah plastik yang tidak stabil dapat menyebabkan longsor atau tumpukan yang runtuh, yang berpotensi menimbulkan risiko bagi penduduk sekitarnya.

Sampah plastik yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran drainase seperti parit, sungai, dan saluran air. Plastik yang terbawa oleh aliran air dapat menumpuk di saluran air, menyebabkan penyumbatan dan menghambat aliran air yang lancar. Akibatnya, air hujan tidak dapat mengalir dengan baik dan membuat bencana banjir.
Gebrakan Bank Sampah Untuk Bumi Berdaya dan Pulih lebih Kuat
Untuk mewujudkan bumi berdaya dan pulih lebih kuat harus ada berbagai upaya yang dilakukan. Tidak hanya unsur pemerintah saja yng berperan didalamnya. Namun perlu sumbangsih masyarakat, organisasi dan berbagai elemen lainnya. Salah satu yang bisa dilakukan untuk #BersamaBergerakBerdaya adalah dengan pendirian bank Sampah di berbagai tempat.
Bank Sampah dapat menjadi salah satu konsep yang bisa diterapkan untuk bumi yang berdaya dan pulih lebih kuat. Konsep ini memiliki tujuan mengurangi timbunan sampah melalui praktik pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali. Pengoperasian Bank Sampah dengan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari.
Berikut kontribusi Bank Sampah dalam upaya mitigasi perubahan iklim :
1. Pengurangan emisi gas rumah kaca
Bank Sampah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mempromosikan pengurangan, pengolahan, dan daur ulang sampah. Dengan mendaur ulang material yang dapat didaur ulang, seperti kertas, plastik, dan logam, bank sampah membantu mengurangi kebutuhan akan produksi baru, yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang tinggi di sektor industri.
2. Pengurangan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir
Bank Sampah mendorong masyarakat untuk memilah sampah dan mengumpulkannya secara terpisah berdasarkan jenisnya. Dengan memilah sampah organik, sampah kertas, plastik, logam, dan lainnya, bank sampah membantu mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir merupakan sumber emisi gas rumah kaca, terutama gas metana yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik.
3. Penghematan sumber daya alam
Bank Sampah mempromosikan konsep daur ulang dan penggunaan kembali sampah. Dengan mendaur ulang material seperti kertas dan plastik, bank sampah membantu mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru yang diperoleh dari sumber daya alam. Pengurangan penggunaan sumber daya alam ini berkontribusi pada pengurangan tekanan terhadap ekosistem alam, termasuk pengurangan deforestasi dan penambangan.
4. Edukasi dan kesadaran lingkungan
Melalui kegiatan edukasi dan kampanye lingkungan, bank sampah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan untuk melindungi lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Masyarakat diberikan pemahaman tentang hubungan antara perilaku konsumsi, pembuangan sampah yang tidak bertanggung jawab, dan perubahan iklim. Hal ini mendorong perubahan pola pikir dan perilaku yang lebih ramah lingkungan..
5. Peningkatan kualitas lingkungan
Dengan mengurangi timbulan sampah, memilah sampah, dan mendaur ulang, bank sampah membantu mempertahankan kualitas lingkungan yang lebih baik. Sampah yang dibuang secara tidak terkendali dapat mencemari air, tanah, dan udara, mengganggu ekosistem, dan menyebabkan perubahan iklim. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah, bank sampah berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan yang berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim.
Melalui peran dan kontribusinya dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan, Bank Sampah dapat berperan penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan mempromosikan keberlanjutan lingkungan secara lebih luas.
Bergerak dan Berdaya Menjaga Lingkungan Dengan Bank Sampah Ala Saya
Langkah yang sudah saya lakukan sebagai kader lingkungan di desa saya melalui Bank Sampah diantaranya adalah :
1. Mengumpulkan dan Memilah Sampah
Di sekitar rumah saya hampir tidak pernah ditemukan tumpukan sampah. Karena sedari dulu sudah melakukan pengolahan sampah mandiri. Sampah basah tidak pernah dibuang begitu saja. Meskipun harusnya bisa diolah menjadi pupuk organik, namun karena ada ayam kampung di belakang rumah, jadinya dikasihkan saja ke hewan peliharaan tersebut.
Untuk sampah kering yang benar-benar tidak bisa dipakai lagi, saya lakukan pemilahan mandiri berdasarkan jenisnya. Untuk sampah plastik dicampur dengan sesama plastik, begitu juga dengan sampah logam, kertas, plastik, dan lainnya. Hal ini mempermudah proses daur ulang dan penyetoran ke Bank Sampah.
2. Mendaur Ulang dan Mengolah Sampah
Sampah yang di setorkan ke Bank Sampah tidak semuanya dijual. Ada yang dipilah lagi untuk dibuat bahan kerajinan dan hasilnya bisa dipakai sendiri atau dijual. Diantaranya dibuat tas, ecobrik, pot bunga dll. Berikut beberapa benda dari daur ulang sampah.
Dalam operasional bank sampah, baiknya memang ada sistem pengolahan sampah sendiri. Namun karena belum mampu dan fasilitas tidak mendukung. Hal ini belum bisa dilakukan.
3. Berbagi pengetahuan dan pengalaman
Tahun 2017 saya pernah berpetualang di Bali. Disana bertemu dengan para bule yang benar-benar perhatian pada lingkungan. Aksi nyata mereka terhadap kebersihan lingkungan dan meminimalisir sampah plastik bikin saya malu sendiri. Sejak itu berusaha untuk meniru dan berusaha untuk memberikan kontribusi pada lingkungan serta memberikan contoh dan pemahaman terhadap masyarakat.
Disamping menulis mengenai lingkungan hidup di Blog Coretan Dari Desa ini, saya juga ikut berperan dalam pembuatan pamflet mengenai lingkungan hidup di desa. Khususnya dalam Kegiatan Bank Sampah. Mengajak keluarga dan tetangga untuk berpartisipasi aktif dalam bank sampah dan memberikan pemahaman tentang manfaat ekonomi dan lingkungan yang dapat diperoleh dari pengelolaan sampah yang baik juga sudah sering saya lakukan. Kalau ada yang bertanya, pasti saya jawab sesuai dengan pengetahuan saya.
4. Aktif dalam Kegiatan Lingkungan
Selain aktivitas rutin bank sampah, saya aktif mengikuti kegiatan yang melibatkan masyarakat secara luas untuk menjaga lingkungan hidup. Seperti halnya kegiatan penanaman pohon, kerja bakti dan lain sebagainya. Pokoknya kalau ada kegiatan apa saja berkaitan dengan #UntukmuBumiku di lingkungan tempat tinggal, saya berusaha untuk mengikutinya.
Kebijakan Yang Perlu Dilaksanakan Untuk Kelestarian Lingkungan.
Sebagai masyarakat biasa yang tidak memiliki kekuasaan serta kekuatan apa-apa, saya berusaha untuk berkontribusi sesuai daya dan kemampuan saya. Meskipun ada banyak hal yang dipikirkan dan diinginkan #UntukmuBumiku namun hanya sebatas keinginan tanpa tahu kapan bisa diwujudkan.
Seandainya saya berkesempatan untuk membuat kebijakan yang bertujuan mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim, kira-kira kebijakan yang ingin saya terapkan adalah :
1. Pembuatan Bank Sampah di Pelosok negeri
Bank Sampah sudah terbukti memberikan dampak positif terhadap Kelestarian Lingkungan dan meminimalisir perubahan iklim. Maka dari itu saya ingin membuat kebijakan pembuatan bank sampah di pelosok negeri. Minimal dalam satu desa atau satu kota ada 1 Bank sampah yang dikelola dengan profesional dan menjadi tempat kontribusi aktif masyarakat dalam pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
2. Sanksi dan hukuman Bagi perusak Lingkungan
Selama ini sudah sering kali terdengar kabar pemberian insentif dan reward kepada masyarakat yang aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup. Namun tidak pernah terdengar kabar adanya pemberian sanksi dan hukuman pada mereka yang merusak lingkungan.
Saya ingin ada satu undang-undang atau kebijakan khusus yang memberikan sanksi dan hukuman terhadap para perusak lingkungan. Mulai dari yang membuang sampah sembarangan, pelaku pencemaran lingkungan hingga yang merusak hutan. Hukuman nya harus jelas dan dapat memberikan efek jera terhadap mereka.
Selain 2 kebijakan diatas, masih banyak lagi yang saya pikirkan. Namun, 2 kebijakan tersebut saja jika sudah dilaksanakan dengan baik dan sebenar-benarnya, dampak yang ditimbulkan akan signifikan bagi lingkungan. “Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”
Artikel ini sangat berguna dan relevan, terutama saat kita semakin menyadari pentingnya masalah sampah dan kebersihan lingkungan. Di blog saya, saya juga membahas berbagai aspek lingkungan, termasuk daur ulang.