Penjual Gorengan Tempat Kuliner Favorit Kala Ramadan – Bagi kaum muslim muslimah, bagaimana puasa tahun ini? Apakah masih lancar? Meskipun di tengah pandemi tentunya harus tetap melakukan kewajiban kita berpuasa sebulan penuh. Bulan Ramadan 2021 sudah memasuki separuhnya. Tinggal separuh lagi untuk menyongsong hari kemenangan.
Membahas mengenai bulan Ramadan, blog Coretan Dari Desa Kali ini ingin membahas tentang tempat kuliner favorit kala ramadhan tiba. Tidak dapat dipungkiri walaupun bulan puasa ramadan adalah bulan dimana kita harus menahan diri untuk tidak makan, minum dan berbagai hal lainnya yang disyaratkan agama dengan waktu yang telah ditentukan, ternyata justru membuat kuliner jadi bisnis yang menguntungkan.
Kala Ramadan tiba, tempat-tempat kuliner dadakan bermunculan. Di berbagai sudut kota/maupun desa dan di pinggir pinggir jalan banyak orang yang berjualan makanan dan minuman. Bukanya sore hari dan selalu ramai didatangi masyarakat yang membutuhkan makanan/minuman untuk berbuka puasa. Salah satu yang menarik untuk diulas adalah penjual gorengan.
Sudah umum diketahui, kala Ramadan tiba menjelang berbuka puasa ada banyak sekali penjual gorengan yang menjajakan jualannya di pinggir-pinggir jalan. Di desa saya saja yang termasuk desa kecil ada lebih dari 30 penjual gorengan yang berjualan di warung dadakan depan rumahnya. Itu belum termasuk penjual gorengan yang berjualan di jalur jalan raya. Gak perlu heran, walau yang jual banyak, pembelinya juga banyak. Sebagian besar justru sudah habis sebelum adzan maghrib berkumandang.
Apa sih gorengan itu
Supaya kita memaknai sama apa yang dimaksud dengan gorengan di sini saya akan menjelaskan. Gorengan adalah makanan kecil yang terbuat dari tepung terigu dan dicampur dengan bahan-bahan tertentu san dimasak dengan cara digoreng. Gorengan yang dijual biasanya terdiri dari tempe mendoan, tahu isi, dadar jagung, bakwan sayur (ote-ote), bakwan udang, martabak dan sebagainya. Ada juga gorengan yang berupa ketela dan pisang goreng.
Makanan yang wajib tersaji saat nongkrong bareng teman, atau mengiringi sebelum makan makanan besar adalah gorengan. Pada dasarnya gorengan pada adalah makanan ringan pengganjal perut. Harganya yang murah membuat banyak orang menyukainya. Dengan merogoh saku mulai Rp.500 rupiah, kita bisa menikmati gorengan panas yang enak. Semakin mahal harga gorengan, ukurannya semakin besar. Gak ada batasan dalam pembelian.
Gorengan menjadi perwujudan kuliner masyarakat. Meskipun banyak yang menjualnya dengan nama, bahan dan jenis yang sama, namun dapat dipastikan rasa di masing-masing penjual berbeda. Pembeli bisa memilih gorengan sesuai dengan selera lidahnya masing-masing.
Kuliner Gorengan di Kala Ramadan
Banyaknya tempat kuliner yang menjajakan gorengan mau tidak mau telah memanjakan saya. Memang sih saya sendiri dapat membuat gorengan di rumah. Tapi ketika sedang berpuasa tentu ada rasa malas dan enggan untuk membuatnya sendiri. Kalau bikin sedikit, enggan dengan keribeten yang dilakukan. Kalau bikin banyak takut ntar gak habis dan pada akhirnya kebuang. Jadi paling enak adalah membelinya di penjual gorengan.
Biasanya sih di kala Ramadan, saya gonta ganti tempat membeli gorengan. Kadang penasaran gimana rasa di masing-masing penjualnya, kadang juga karena di tempat lain sudah kehabisan jadi pindah ke tempat lainnya. Lokasinya masih di sekitar Desa Pucangro tempat Domisili saya saat ini. Gorengan favorit di keluarga saya adalah dadar jagung dan ote-ote. Jenis yang lainnya sih mau-mau saja tapi tidak terlalu suka.
Budget pembelian gorengan bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Bisa beli 2 ribu, 5 ribu atau 10 ribu. Pokoknya harus ada gorengan sebelum menyantap nasi. Kalau masih ada sisa, gorengan juga bisa dijadikan kudapan teman nasi ataupun makanan ringan setelah makan. Tiap membeli gorengan pasti dapat bonus. Ada yang berupa petis dalam plastik kecil, ada juga bonus cabe yang disesuaikan dengan jumlah pembelian. Gorengan makin enak kala disantap dengan bonusnya itu.
Memang sih makan gorengan berlebihan itu tidak baik. Tapi kalau hanya secukupnya atau 2-4 gorengan tentu tidak masalah. Kira-kira di antara para pembaca ini, adakah yang tidak suka gorengan? Saya kira kok hampir semuanya menyukainya. Paling cuma beberapa saja yang tidak suka. Tidak sukanya bukan karena tidak enak atau tidak mau tapi kemungkinan karena faktor lain seperti kesehatan atau alergi.
Yang suka gorengan juga, mana suaranya????