5 Tradisi Lebaran Unik Khas Warga Desaku

Hari Raya selalu identik dengan berbagai hal yang menyenangkan. Hari Raya Idul Fitri atau kerap disebut dengan hari raya lebaran selalu ditunggu-tunggu oleh semua orang. Beragam tradisi lebaran unik menjadi moment yang ngangenin dan terjaga kelestariannya. Karena hanya setahun sekali, semua orang antusias menyambut kedatangannya.

Membahas mengenai tradisi saat lebaran, tiap daerah atau wilayah tentunya memiliki tradisi unik yang terkadang tidak dimiliki oleh daerah lain. Walaupun terkadang ada beberapa juga kesamaan didalamnya. Bagi masyarakat kota dan desa, tradisi lebarannya tentu jauh berbeda. Kalau masyarakat kota selalu melestarikan budaya mudik meninggalkan tempat tinggalnya menjelang lebaran, masyarakat desa tentu sebaliknya. Mereka bersiap-siap membersihkan rumah untuk menyambut kedatangan keluarganya yang datang dari kota.

Tradisi Lebaran Unik di Desa

Tak perlu berpanjang lebar, postingan kali ini saya ingin membahas tentang 5 tradisi lebaran unik khas desaku.

1. Berkirim Makanan/Parcel

Pada masyarakat desa saya, tradisi ini disebut dengan cinjo riyoyoan. Tradisi ini dijalankan oleh semua lapisan masyarakat. Biasanya pemberian makanan/parcel ini diberikan oleh keluarga muda ke famili yang lebih tua atau dituakan. Misalnya keponakan kepada paman, bibi maupun neneknya. Yang memberikan tentunya harus sudah berkeluarga karena itu syarat kemandirian dalam masyarakat. Kalau belum berkeluarga, tidak ada kewajiban atau tuntutan untuk memberikan makanan/parcel.

Sebagai balasannya, famili yang lebih tua tersebut memberikan uang saku terhadap yang memberikan parcel/makanan. Namun ini juga tidak wajib, tergantung kemampuan famili tua. Semakin banyak jumlah familinya semakin banyak pula parcelan yang didapat.

Parcel lebaran

Jika di masa-masa dulu cinjo harus berupa makanan siap santap (makanan matang), di masa sekarang tradisinya sedikit berubah. Cinjo zaman sekarang berupa bahan makanan mentah seperti sembako, jajanan hari raya, pakaian dan sebagainya. Hal itu untuk efisiensi karena kalau makanan matang banyak dibuang sehingga mubadzir. Kalau makanan mentah tentu awet dan bisa digunakan kapan saja.

Tradisi berkirim parcel/makanan di desa saya sekarang ini tidak melulu untuk keluarga saja. Namun ada kalanya diberikan pada orang yang dihormati seperti : guru, ulama dan juga pejabat desa.

2. Megengan

Saya sendiri tidak tau apa nama lain dari tradisi ini dalam bahasa Indonesia. Di tempat lain kemungkinan juga ada namun dengan nama yang berbeda. Tradisi megengan sendiri dilakukan menjelang berakhirnya bulan puasa setelah sholat Maghrib.

Pada tradisi megengan, setiap kepala keluarga mengundang warga lain dalam lingkup wilayahnya untuk datang kerumahnya untuk membaca doa bersama. Hal ini dilakukan bergantian dari satu rumah ke rumah lain. Setelah membaca doa bersama, masing-masing tamu yang diundang diberikan buah tangan yang dalam istilah desa disebut berkat.

10 tahun yang lalu, berkat di desa saya berupa nasi yang diletakkan di wadah kecil disertai dengan lauk daging/telur dan juga ditambah aneka jajanan pasar. Namun sekarang ini tradisinya sudah sedikit berubah, berkat yang diberikan berupa beras mentah, gula, telur dan juga beraneka makanan kecil yang tahan lama. Alasan dilakukan perubahan ini adalah untuk menghindari kemubadziran.

Kalau masih berupa nasi matang, besar kemungkinan akan terbuang dan tidak bisa dimakan karena semuanya berbarengan bikin nasinya. Kalau mentahan kan bisa dimasak kapan saja. Yang penting sudah didoakan bersama. Yang tidak berubah adalah jajanan apem yang disertakan didalam berkat tersebut. Ini jadi jajanan wajib yang menjadi tradisi dan juga keharusan.

Baca juga : Tradisi Menyambut Malam Kemerdekaan Ala Warga Desaku

3. Ziarah ke Makam

Nyekar atau ziarah ke makam keluarga yang telah meninggal menjadi tradisi lebaran unik di Desaku. Biasanya ziarah ke makam dilakukan sehari atau 2 hari sebelum hari raya Idul Fitri. Orang-orang akan mendatangi pemakaman, membersihkan makam keluarganya dan memanjatkan doa bagi keluarga yang telah pergi meninggalkan dunia.

Ziarah ke makam

4. Silaturahmi dan Saling Memaafkan

Moment terpenting saat lebaran tiba adalah tradisi yang satu ini. Jutaan orang mudik saat lebaran tujuannya adalah bersilaturahmi dengan kerabat, teman dekat dan orang-orang yang dianggap penting di tanah kelahiran. tradisi silaturahmi lebaran menjadi momen lebaran yang dirindukan sekaligus kegiatan wajib setelah Sholat Idul Fitri

Saat dengung lebaran disahkan, masyarakat akan saling mengunjungi satu sama lain. Dimulai dari tetangga terdekat kemudian sanak famili dan baru kemudian mengunjungi teman-teman serta orang-orang lainnya.

Baca juga : Gak Punya Cerita Mudik, Tapi Selalu Silaturahmi

Aneka suguhan hari raya dibuat khusus untuk tradisi ini. Bagi tuan rumah, tamu yang datang harus disambut dengan baik dan diberi aneka suguhan. Meskipun terkadang tidak ada yang menyentuh makanan-makanan tersebut, namun setidaknya ada nilai kepantasan jika ada suguhan makanan di atas meja.

Pada momen ini biasanya akan menjadi waktu yang tepat untuk bermaaf-maafan. Ucapan Minal Aidzin Wal Faizin menjadi ucapan wajib yang diperdengarkan kala bertamu dan bersilaturahmi. Jangka waktu silaturahmi tidak hanya sehari, namun bisa sampai 1 bulan mengikuti penanggalan Bulan Syawal Hijriyah.

Di era modern seperti sekarang ini, acara silaturahmi kadang dikemas dengan kegiatan Halal Bi Halal dan juga arisan keluarga. Di lingkungan kantor dan sekolah namanya halal bihalal, namun kalau yang dikumpulkan keluarga besar, konsepnya jadi arisan keluarga.

5. Kupatan

Lebaran dan ketupat tentu telah menjadi dua hal yang tidak terpisahkan. Panganan khas lebaran ini biasanya akan disajikan bersama opor, rendang, semur, kerupuk udang dan beberapa jenis tambahan lainnya. Berbeda dengan daerah lainnya, tradisi kupatan atau membuat kupat di wilayah Lamongan tidak dilakukan tepat tanggal 1 Syawal. Kupatan dilakukan seminggu setelah sholat Idul Fitri tanggal 7 & 8 Syawal.

Tradisi kupatan ini dirayakan secara khusus. Ulasan mengenai tradisi kupatan sudah pernah saya tulis tahun lalu, judulnya : Tradisi Kupatan di Lamongan

Selain tradisi-tradisi diatas, sebenarnya masih banyak tradisi lainnya yang hanya di bisa ditemui saat lebaran. Misalnya : tradisi takbir keliling, menyalakan petasan dan kembang api, memakai baju baru, tradisi memberikan uang saat lebaran atau angpao, berwisata bersama keluarga dan masih banyak lagi lainnya. Namun tradisi yang saya sebut itu tidak semua masyarakat melakukannya. Hanya sebagian kecil saja yang masih melakukan itu. Berbeda dengan 5 tradisi lebaran unik yang sudah saya ulas diatas. Semua warga masyarakat di desa pasti melaksanakannya.

Tradisi lebaran di dunia tentu berbeda-beda.  Kalau tradisi lebaran di tempat kamu bagaimana? Adakah yang sama atau mungkin ada yang berbeda? Share yuk di kolom komentar!

Munasya

Blogger, Writer and Teacher Contact Person : email : sy4r0h@gmail.com Twitter : @Munasyaroh_fadh IG. : @Muns_Fadh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas
error: Content is protected !!